Netanyahu : Obama Ingin Konfrontasi Dengan Israel?

Kunjungan Obama ke Cairo, Kamis lalu, menimbulkan kekecewaan dikalangan para pemimpin Israel, khususnya Perdana Menteri Israel, Netanyahu. Pemimpin Partai Likud, yang sekarang memimpin pemerintahan Israel telah mengambil kesimpulan, bahwa AS di bawah Obama ingin melakukan konfrontasi dengan Israel.

Sekalipun dikalangan para pengamat, akademisi dan para pemimpin oposisi di Mesir, seperti Ikhwanul Muslimin, kunjungan Obama tidak mengubah apa-apa atas kebijakan AS terhadap dunia Islam, yang sangat agresif dan menggunakan pendekatan militeristik, tapi tetap mencemaskan kalangan Israel. Padahal, Obama selalu mengulang-ulang, AS akan selalu mengutamakan dan menjadikan prioritas keamanan Israel bagi kebijakan luar negeri AS.

Pandangan dan sikap Netanyahu yang menilai Obama ingin melakukan konfrontasi dengan Israel, berdasarkan pidato Obama yang disampaikan di Cairo. Perdana Menteri Israel, Netanyahu menyimpulkan, Obama ingin melakukan konfrontasi dengan Israel. Pernyataan Netanyahu itu, disampaikan pekan lalu, usai kunjungan yang dilakukan Obama ke Saudi dan Mesir.

Netanyahu yakin atas sikap dan pandangannya, dan rakyat AS percaya telah terjadi kontroversi dengan Israel, khususnya pemerintahan AS dibawah Obama, yang menginginkan kemajuan hubungan dengan dunia Arab, tambah Netanyahu. Netanyahu mengutip pernyataan Obama, yang mengatakan ‘era baru’ hubungan antara AS dan dunia Islam, dan Obama berbicara panjang tentang konflik Arab-Israel. Obama menginginkan Israel menerima hak rakyat Palestina mendirikan negara merdeka, dan meminta Israel menghentikan pembangunan perumahan di Tepi Barat. Sementara itu, Netanyahu menolak gagasan penghentian pembangunan perumahan di Tepi Barat. Inilah masalah yang akan menganggu hubungan antara Israel-AS di masa depan.

Kecemasan bagi Israel, sikap Obama yang menginginkan perdamaian Timur Tengah, yang akan dibahas bulan depan, bersamaan sekarang kunjungan utusan khusus AS untuk kawasan itu, George Mitchel, yang berada di Timur Tengah. Bagi Israel sangat sulit menerima gagasan dua negara Palestina-Israel, dan Israel harus mengambilkan seluruh tanah yang dirampas pada perang tahun 1967, dan kembali garis batas sebelum perang ‘Enam Hari’. Dan, inilah yang menjadi dasar perdamaian bagi Timur Tengah, seperti yang dituntut negara-negara Arab.

Sekarang Netanyahu sedang berunding dengan George Mitchel, di Jerusalem mengenai masa depan perdamaian, seperti yang diinginkan AS. Tapi, persoalan ini tidak mudah, khususnya bagi penyelesaian, yang sifatnya dapat diterima semua fihak. Karena, di Israel yang sekarang dikuasai sayap kanan, tidak akan mengembalikan tanah Arab yang sudah dirampas seincipun. (m/hrtz)