Lama ditunggu suara Netanyahu untuk menanggapi desakan Obama yang mengangkat isu dua negara : Palestinia – Israel. George Mitchell sudah bolak-balik Washington-Tel Aviv, mengupayakan agar keinginan Obama itu dapat diwujudkan. Karena, kalangan Israel tidak ada satupun yang bersepakat untuk konsep dua negara. Mereka menolak gagasan dua negara yang dianggap sebagai sebuah solusi konflik Palestina – Israel. Para pemimpin Israel dari berbagai kecenderungan partai, semuanya tidak ada yang bersepakat tentang ide dua negara, karena akan membahayakan eksistensi Israel.
Benyamin Netanyahu yang sudah ditunggu-tunggu sikapnya terhadap ide dua negara itu, menyatakan, mendukung ide negara Palestina, tapi dengan syarat, bahwa negara Palestina itu tidak boleh memiliki angkatan bersenjata (militer), tidak boleh memiliki kontrol terhadap wilayah udara, dan tidak boleh melakukan penyelundupan senjata. Dua syarat itu, mutlak bagi Israel, dan tidak boleh ditawar-tawar. Inilah namanya bukan lagi negara, kalau tidak dibolehkan memiliki kekuatan militer. Netanyahu menginginkan agar negara Palestina itu, betul-betul melakukan demiliterisasi secara total. Sehingga, memberikan jaminan keamanan kepada Israel.
Selain, Netanyahu mengajukan syarat demiliterisasi secara mutlak bagi negara Palestina, pemimpin Partai Likud itu, mensyaratkan agar negara Palestina, harus mengakui keberadaan negara Israel, dan tidak boleh diganggu-gugat. Maka, dengan dua syarat yang diajukan Netanyahu itu, sejatinya Israel menolak dengan ide dua negara, yang sekarang ini digulirkan Presiden AS, Barack Obama. Sekalipun, terasa sangat naïf, pernyataan Netanyahu itu, justru mendapatkan respon yang positip dari Presiden AS, Barack Obama, mengomentasi pernyataan sikap dari Perdana Menteri Netanyahu, yang memberikan jawaban atas ide dua negara.
“Kami ingin hidup dengan anda dengan damai, dan dengan prinsip bertetangga yang baik”, tambah Netanyahu. Ini pernyataan yang sama sekali tidak mencerminkan adanya kehendak damai. Karena, demiliterisasi secara sefihak, di mana Israel memiliki senjata dan perangkat militer, dan tidak ada sikap timbal balik, mengharuskan Israel juga melakukan langkah dimiliterisasi. Jadi kalau hanya rakyat atau pemerintah Palestia yang diharuskan melakukan demiliterisasi, ini sangat tidak adil, dan membiarkan Israel, setiap hari melakukan pembunuhan terhadap rakyat Palestina, dan dapat melakukan retilisasi (pembalasan) atas tindakan Israel.
Lebih tegas pernyataan Netanyahu, menyetujui prinsip negara Palestina, harus lebih dahulu melalui demiliterisasi dan pengakuan negara Israel secara permanent. “Kami harus menerima jaminan untuk demiliterisasi secara total, dan jaminan keamanan Israel,dan rakyat Palestina harus menerima keberadaan negara Yahudi ini”, ujar Netanyahu. Kalau tidak ada jaminan demiliterisasi dan pengakuan terhadap negara Israel, maka sulit untuk menerima negara Palestina.
Menanggapi pernyataan Netanyahu itu, juru bicara Hamas di Jalur Gaza, menyatakan, ‘Pernyataan menunjukkan Israel itu rasis dan berideologi rasist”, ujar bicara Hamas. (m/jp)