Neo-Cons Yahudi di Balik Tirai Presiden AS

Ketika Barack Obama naik menjadi Presiden AS menggantikan George Bush, sebagian pihak tadinya mengira bahwa itulah akhir era kelompok Neo-Cons di Washington. Bagaimana tidak, Obama ditengarai membawa perubahan mendasar, dan bahkan rakyat AS telah serta-merta percaya padanya, bahwa Obama, ketika naik menjadi presiden dan AS diguncang oleh krisis ekonomi yang parah, akan bisa membawa AS menuju arah dan kondisi yang lebih baik.

Tapi para pengamat politik internasional pun segera mulai sadar, bahwa tak ada perubahan apapun di Washington, yang berarti tak ada perubahan pula di AS. Ini karena belum apa-apa, Obama menunjuk Rahm Emmanuel sebagai penasihatnya. Emmanuel, semua orang tau, adalah seorang Yahudi yang mempunyai loyalitas luar biasa terhadap Israel. Kemudian, setelah Emmanuel, ada pula Hillary Clinton di posisi Menlu AS. Pesimisme itu makin sempurna ketika para pengamat juga menyibak bahwa Neo-Cons, masih berada di belakang Obama.

Siapa gerangan kaum Neo-Cons?

Kaum neo-cons sering disebut "cabal" (bisa diartikan kelompok yang mempunyai tujuan khusus) yang amat berpengaruh dalam seteiap Pemerintahan AS. Mereka berperan besar di balik keputusan dan kebijakan politik luar negeri AS. Kelompok ini mencanangkan satu tujuan bersama bagi AS, menjadikan negara itu sebagai kerajaan besar, dan tentu saja, pada akhirnya, bertindak sebagai pengayom bangsa Yahudi di seluruh dunia, bahkan di Israel. Kelompok ini tidak hanya bercita-cita membentuk "American Empire" (kerajaan Amerika) yang menguasai seluruh ladang minyak di Arab, tetapi juga diduga berangan-angan membentuk kerajaan mini Israel di bawah kekuasaan kelompok ekstrim kanan Amerika dan Yahudi.

Neo-Cons merupakan suatu kelompok yang solid dan semua anggotanya adalah orang Yahudi. Banyak anggotanya yang memegang posisi penting dalam pemerintahan Bush, termasuk pula di era Obama sekarang. Mereka menjadi badan Think-tank yang memainkan peran penting dalam merumuskan kebijakan AS, dan berperan mengisi tajuk di sejumlah surat kabar terkemuka. Neo-Cons, bisa dibilang, yang mengendalikan AS sebenarnya. Neo-Cons pula yang membuat AS menjadi begitu jumawa di pentas internasional melalui militernya.

Sejarah Neo-Cons

Kelompok Neo-Cons bermula pada tahun 1960an. Beberapa orang Yahudi yang bekerja pada Senator Demokrat Henry "Scoop" Jackson diam-diam membentuk sebuah kelompok kecil. Mereka terus menjadi pembisik sang senator yang anti-komunis. Pada tahun 1980-an, mereka menjadi Republikan sehubungan dengan kepentingan politik Presiden Ronald Reagan yang agresif terhadap perang, terutama dengan Uni Soviet. Setelah Soviet jatuh, kaum Neo-Cons dengan segera mengambil alih kendali AS.

Bagaimana kaum Neo-Cons mempengaruhi kebijakan luar negeri AS?

Semuanya memang berawal dari Reagan, pada tahun 1980-an itu. Namun pada dekade 1990-an, mereka sendiri merunduk sehubungan dengan kebijakan AS menyerang Iraq yang juga mendapat tentangan dari arus politik AS saat itu. Baru pada era Bill Clinton, kaum Neo-Cons kembali lagi ke pemerintahan AS. PAda era Clinton inilah, kaum Neo-Cons membuat cetak biru militer AS. Perencanaan ini mencapai puncaknya pada era George Bush karena Bush memang dikenal sebagai amat pro-Yahudi. Ketika 911 meletus, kaum Neo-Cons lah yang melontarkan gagasan bahwa AS harus menyerang Iraq dan Afghanistan. Bahkan Neo-Cons menyerukan kepada Bush bahwa AS bukan sekadar mencari dalang teroris itu, tapi juga membalas dendam.

Satu-satunya tujuan Neo-Cons adalah menjadikan AS sebagai negara adidaya tunggal di dunia, kebal terhadap ancaman. Mereka percaya, hegemoni AS akan melindungi segala kepentingan Israel, baik secara militer, ekonomi dan politik. Mereka juga mencanangkan satu hal untuk negara-negara Arab, menstigmakan teroris kepadanya. Sifat kerja mereka adalah siapapun presiden yang tampil, mereka sendiri terus akan berada di baliknya, tidak akan sampai pernah naik ke permukaan.

Siapa gerangan tokoh-tokoh Neo-Cons? Yang paling terkenal tentu saja Paul Wolfowitz. Ia adalah mantan sekretaris menlu AS, arsitek perang ke Iraq, dan sekarang menjadi Presiden Bank Dunia, lalu mengundurkan diri karena terlibat skandal sek dengan seorang wanita, keturunan Libya. Kemudian ada Irving Kristol, godfather semua kaum Neo-Cons. Ia adalah editor Weekly Standard, dan merupakan Yahudi luar biasa. Kemudian ada Lewis Libby, Richard Perle, John Bolton, Douglas Feith, daln lainnya, yang semuanya figur kunci ini adalah Yahudi dan hanya berjumlah 12 orang saja.

(sa/ft)