Negara-negara Arab seharus malu dan tergerak hatinya melihat keberanian para aktivis kemanusiaan yang berusaha melakukan perlawanan terhadap blokade rezim Zionis Israel di Jalur Ghaza.
Hal tersebut diungkapkan pimpinan Hamas Ismail Haniyah dalam wawancara eksklusif dengan stasiun televisi Iran, Press TV. Dalam wawancara itu, Haniyah juga mendesak kepala otoritas pemerintahan Palestina Mahmud Abbas untuk melanjutkan dialog demi kepentingan persatuan nasional dan mengakhiri perpecahan di antara mereka (Fatah-Hamas).
Haniyah mengatakan, kedatangan para aktivis kemanusiaan dengan menggunakan kapal-kapal motor penangkap ikan selayaknya mendorong para pimpinan negara-negara Arab untuk memobilisasi kekuataan untuk mengakhiri blokade rezim Zionis terhadap hak-hak rakyat Palestina.
Seperti diberitakan hari Sabtu (23/8), sekitar 46 aktivis perdamaian dari berbagai negara dengan menggunakan dua kapal motor penangkap ikan memberanikan diri masuk ke Jalur Ghaza lewat jalur laut.
Mereka menyebutnya perjalanan mereka sebagai Ekspedisi Gerakan Pembebasan Ghaza, karena tujuan mereka memang ingin mengakhiri blokade ekonomi dan sosial yang dilakukan Israel terhadap 1, 5 juta warga Ghaza. Para aktivis itu membawa bantuan kemanusiaan dan peralatan medis untuk warga Ghaza yang mengalami krisis kemanusiaan terburuk akibat isolasi yang dilakukan rezim Zionis Israel.
Sementara itu polisi Israel menangkap salam seorang aktivis AS keturunan Israel yang ikut dalam rombongan itu. Jeff Helper ditangkap karena dianggap telah melanggar larangan memasuki wilayah Ghaza yang diberlakukan Israel. Helper sudah tiga hari berada di Ghaza, sebelum akhirnya ditangkap di perbatasan Erez, ketika akan keluar dari Jalur Ghaza.
"Dia sedang menjalani pemeriksaan di kantor polisi kota Sderot karena telah melanggar dekrit militer Israel yang melarang warga negara Israel memasuki Jalur Ghaza, " kata Juru Bicara Kepolisian Israel, Micky Rosenfeld.
Kelompok aktivis dari 17 negara itu berangkat dari pelabuhan Cyprus dan rencananya akan kembali ke Cyprus hari Kamis (29/8). Mereka masuk ke Ghaza di bawah ancaman akan dibunuh oleh polisi Israel. Namun pihak Israel akhirnya mengizinkan para aktivis itu masuk ke Jalur Ghaza, karena ingin menghindari kecaman publik.
Para aktivis itu menyatakan akan membawa sejumlah warga Palestina keluar dari Ghaza. Di antaranya adalah para mahasiswa Ghaza yang dilarang keluar Ghaza oleh Israel sehingga tidak bisa melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Menanggapi ancaman para aktivis itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan pihaknya belum menentukan tindakan apa yang akan mereka ambil. (ln/al-arby/presstv)