Eramuslim – Baden-Wuerttemberg, negara bagian terbesar ketiga di Jerman itu kini telah melarang semua siswa menggunakan burqa di semua sekolah. Pemerintah negara bagian Baden-Wuerttemberg di barat daya Jerman mengumumkan putusan tersebut pada Selasa (22/7).
Perdana Menteri Baden-Wuerttemberg, Winfried Kretschmann, mengaku siap menerima kritik atas putusannya itu. Kretschmann juga mengakui bahwa kasus-kasus siswa menggunakan burqa di sekolah memang jarang terjadi. Kendati demikian aturan hukum tetap harus dibuat untuk kasus tersebut.
Pemerintah Jerman telah memperdebatkan penggunaan jilbab di sekolah sejak Februari lalu setelah pengadilan Hamburg membatalkan keputusan otoritas pendidikan kota untuk melarang seorang murid mengenakan jilbab.
“Keputusan pengadilan saat ini menjelaskan bahwa dasar hukum diperlukan untuk larangan karena alasan kepastian hukum,” kata Eisenman pada saat itu.
Dilansir The National pada Kamis (23/7), larangan akan diberlakukan di sekolah dasar dan menengah. Sedangkan perguruan tinggi belum ada larangan.
Menteri Kebudayaan negara itu, Susanne Eisenman, mengatakan pada Februari lalu bahwa kebebasan beragama tetap harus memiliki batasan khususnya di sekolah-sekolah. “Kebebasan beragama juga memiliki keterbatasan, khususnya di sekolah-sekolah kami, ketika para guru benar-benar tidak dapat lagi melihat wajah satu sama lain. Kami tidak mentolerir (penggunaan) burqa di sekolah kami,” kata Eisenman.
Jerman terpecah dalam masalah ini karena sebagian beranggapan burqa diperlukan untuk melindungi anak perempuan. Sedangkan anggota Demokrat Kristen Kanselir Angela Merkel, Julia Kloeckner, mendukung larangan itu.
Menurut Filiz Polat, seorang juru bicara kebijakan migrasi untuk kelompok parlementer Hijau, orang-orang yang bisa memakai simbol agama adalah ciri masyarakat yang demokratis.
Tahun lalu, sebuah jajak pendapat YouGov menemukan 54 persen responden di Jerman akan mendukung pelarangan burqa. Kerudung dengan penutup wajah juga telah dilarang di Belanda, Prancis, Denmark, dan Austria. (rol)