Cho Seung-hui, pelaku penembakan di Universitas Virginia Tech, AS ternyata sempat mengirim rekaman video dan foto-foto dirinya yang sedang memegang senjata serta tulisan berisi sumpah serapah, ke jaringan televisi berita NBC.
NBC mengatakan, materi-materi berupa cuplikan video dan pernyataan-pernyataan berisi sumpah serapah itu, nampaknya dikirim Cho di antara rentang waktu aksi penembakan pertama dan kedua.
Dalam tulisan-tulisannya yang dikirim ke NBC, Cho antara lain mengatakan, "Anda telah memojokkan saya dan memberi saya hanya satu pilihan. " Dan dalam cuplikan rekaman video yang dikirimnya Cho mengatakan, "Ini tidak perlu terjadi. "
"Sekarang, tangan Anda berlumur darah yang tidak pernah bisa Anda bersihkan, " kata pemuda berusia 23 tahun itu. Namun tidak jelas siapa orang yang ia maksud dalam perkataannya itu.
Aparat kepolisian Virginia, Superintendan Steven Flaherty mengatakan, setelah NBC mengetahui menerima kiriman email itu pada Rabu (18/4) pagi, NBC langsung menyerahkannya pada FBI.
Dari cap penunjuk waktu kantor pos yang terdapat dalam paket yang dikirim Cho, ada indikasi bahwa setelah membunuh dua mahasiswa di asrama, Cho membungkus paket tersebut dan pergi ke kantor pos terdekat untuk mengirim paket tersebut. Setelah itu, ia menuju ke ruang kuliah di kampus dan melakukan pembantaian yang menewaskan 32 orang sebelum akhirnya membunuh dirinya sendiri.
Latar belakang Cho sedikit demi sedikit juga terungkap. Cho ternyata dikenal sebagai mahasiswa yang bermasalah, kerap melakukan pelecehan terhadap mahasiswi dan pernah dibawa ke rumah sakit jiwa pada tahun 2005 karena gelagat melakukan bunuh diri. Pengadilan Virginia saat itu mengeluarkan surat keterangan yang menyatakan bahwa Cho "sakit secara mental" dan berpotensi "menimbulkan bahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain. "
Kepala keamanan universitas, Wendell Flinchum mengatakan, pada akhir 2005 anak buahnya pernah mengkonfrontir Cho atas pengaduan dua mahasiswi yang melaporkan bahwa Cho melakukan pelecehan melalui telepon dan sms.
"Saya tidak mengatakan bahwa itu adalah ancaman, saya mengatakan bahwa perbuatan itu sudah mengganggu, " kata Flinchum.
Setelah kejadian itu, teman sekamar Cho melapor dan mengingatkan Flinchum bahwa Cho kemungkinan melakukan bunuh diri dan meminta aparat keamanan segera mengeluarkan "perintah penahanan sementara" serta membawa Cho ke klinik kesehatan mental untuk dilakukan pemeriksaan.
Keterangan lainnya tentang Cho disampaikan bekas dosen Cho, Nikki Giovanni. Giovanni mengaku pernah meminta agar Cho dikeluarkan dari kelasnya pada tahun 2005 karena Cho telah mengintimidasi mahasiswa lainnya dengan memotret mereka dan menulis puisi-puisi yang mengandung kekerasan dan kata-kata cabul.
Kepala jurusan Bahasa Inggris Virginia Tech, Lucinda Roy juga mengaku prihatin dengan gangguan yang dialami Cho. Dalam tugas membuat tulisan, tulisan-tulisan Cho berisi ungkapan kemarahan.
Anehnya, meski memiliki catatan pelanggaran hukum dan pernah mendapatkan perawatan psikiatri, Cho bisa secara legal membeli dua senjata yang ia gunakan dalam pembantaian berdarah di kampusnya. Sedemikian mudahnyakah prosedur memiliki senjata di AS? (ln/aljz)