Najib Razak : Mengembalikan Minoritas Cina dan India

Perdana Menteri Malaysia, Abdullah Badawi, Kamis ini, men gundurkan diri sebagai perdana menteri, dan akan digantikan oleh Tengku Najib Razak, putera mantan perdana menteri Tengku Abdul Razak. Sebelumnya, Najib adalah deputi perdana menteri, dan Jum’at besok, Najib akan dilantik untuk menduduki jabatan perdana menteri.

Ini sebuah pengalihan kekuasaan yang berjalan dengan mulus, tanpa ribut-ribut. Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak ini, adalah perdana menteri yang ke enam, sejak Malaysia merdeka di tahun l957.

Najib yang usai menghadap Raja Malaysia, ketika berpidato menyatakan akan melakukan reformasi terhadap kebijakan pemerintah Malaysia, yang sudah berjalan puluhan tahun, di mana pemerintah Malaysia, sejak zamannya Mahathir memberikan perlindungan ‘puak’ Melayu. Kebijakan ini yang akan dirubah Najib, sebagai komitmentnya untuk melakukan pembaharuan di Malaysia.

Pemimpin baru Malaysia itu, menjanjikan untuk mengubah seluruh kebijakan yang dianggap ‘rasialis’, yang hanya menganakemaskan ‘puak’ Melayu dibandingkan dengan minoritas Cina dan India. Jika kebijakan Najib ini diberlakukan, tak tertutup kemungkinan ‘puak’ Melayu, nantinya hanya akan menjadi warga kelas dua di Malaysia. Karena, pasti lama-lama ‘puak’ Melayu akan kalah dalam bersaing di bidang ekonomi dengan kelompok minoritas Cina dan India.

Kemenangan Najib (55), sesudah sebelumnya memenangkan dalam pemilihan di internal Partai UMNO (United Malays National Organisation), yang dikuasai kelompok Barisan Nasional (BN). Kemenangan Najib, yang sudah sejak umur 23 tahun terlibat politik ini, nampaknya akan mengubah seluruh masa depan ‘puak’ Malayu. Karena, komposisi ekonomi di Malaysia, tak beda dengan Indonesia yang mayoritas di kuasai kelompok Cina. Sedangkan di Malaysia, kelompok Cina, jumlah sudah bukan minoritas lagi, tapi mencpai hampir 35% dari total jumlah penduduk Malaysia.

Kebijakan yang pro ‘puak’ Melayu, sudah ada sejak zamannya Mahathir Mohammad memegang tapuk kekuasaan Malaysia, dan membuat kebijakan yang dikenal dengan ‘kebijakan luar bandar’, yang artinya Mahathir mementingkan pembangunan serumpun dikalangan ‘puak’ Melayu, yang ada di daerah-daerah yang masih tertinggal secara ekonomi. Sehingga, melalui sebuah buku yang memberikan inspirasi Mahathir, yaitu ‘The Malay Dilemma’ inilah yang mendorong tokoh, yang dikenal luas, dan bahkan mendapatkan julukkan ‘Soekarno Kecil’ ini, dalam waktu dua puluh tahun berhasil mengubah selulruh Malaysia menjadi sebuah negara yang maju secara ekonomi, dan mengangkat ‘puak’ Melayu menjadi terhormat diantara komunita Cina dan India.

Badawi sendiri mengalami kegagalan sebagai pemimpin UMNO, sesudah dalam pemilu, Maret tahun lalu, di mana UMNO kehilangan 5 kursi dari 13 kursi di pemerintahan negara bagian. Sehingga, kegagalan ini menimbulkan kritik dan kecaman terhadap Badawi. Badawi akibat kecaman dan kritikan hyang keras dari kalangan politik senior di UMNO itu, ia mengundurkan diri, dan digantkan oleh Najib Razak, yang sekarang menjabat sebagai deputi. Sekarang tokoh utama dalma UMNO telah dipegang oleh orang-orangnya Najib Razak.

Sementara tokoh puncak dalam UMNO, yang masuk menjadi calon pemimpin baru Malaysia di masa yang akan datang diantaranya, Muhyiddin Yasin, yang sekarang menjadi Menter Perdagangan Internaional, menjadi wakil presiden (deputi) UMNO. Menurut Tengku Razaliegh Hamzah, menyatakan : “Sekarang dengan pemilihan yang lalu posisi Najib di dalam UMNO sangat solid”, ujar Razaliegh. Selain itu, Ahmad Zahid Hamidi, menjadi Menteri Agama. Sedangkan tokoh muda, Hishamuddin Husien, menjadi Menteri Pendidikan. Sedangkan jabatan wakil presiden (tiga) UMNO, diberikan kepada Shafie Iqbal, poliitisi muda, yang berasal dari Sabah.

Para pengamat politik di Malaysia memprediksikan besamaan dengan naiknya Najib Razak, kelihatannya Mahathir ingin memainkan kembali peran politik di kancah politik Malaysia, yang sudah ia tinngalkan. Meskipun, banyak tokoh-tokoh yang menjadi ‘kroni’ Mahathir dikalahkan di dalam pemilu, seperti mantan menteri perdagangan RafidahAzis, serta menantunya juga gagal memenangkan perebutan jabatan di pemilu yang lalu.

Akankah Mahathir dapat memainkan peranannya kembali? Di tengah-tengah kemunduran Malaysia sebagai akibat krisis ekonomi yang terus mendera wilayah Asia Tenggara. (m/ft)