Merasa terganggu dengan panggilan yang mengindentifikasi warna kulit, Nabi kemudian mengkritik Abu Dharr dan berkata kepadanya “Kamu adalah orang yang masih memiliki ketidaktahuan dalam dirinya”.
“Dalam menentang Abu Dharr, Muhammad menunjukkan bahwa dia bersedia menegur sahabatnya sendiri bila terbukti merendahkan (orang lain) karena etnisnya,”
“Nabi Muhammad percaya bahwa bentuk “kesukuan” atau dalam bahasa Arab disebut Al-Abasiyyah, bersifat mendorong orang ke loyalitas etnis bahkan mendukung ketidakadilan,” tulis Craig.
Dalam Alquran diterangkan bahwa periode sejarah Arab sebelum kedatangan Nabi Muhammad diwarnai aksi barbarisme dan pelanggaran hukum. Selain itu, orang Arab juga dikatakan terlalu bangga dan dengan identitas suku dan etnis mereka sehingga menjadikannya sebagai standar sosial masyarakat.
Hal itu terlihat dari tindakan rasisme yang ditunjukkan oleh Abu Dharr kepada Bilal. Ketidakpahaman Abu Dharr ini merujuk pada zaman jahiliyah sebelum kedatangan Islam.
Namun setelah Nabi Muhammad datang, pandangan tersebut memudar seiring berjalannya waktu. Kata Craig, ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad telah mengubah semuanya.
“Mentalitas anti-rasisme yang ditunjukkan Nabi Muhammad membantu orang-orang Arab keluar dari kegelapan menuju cahaya yang membimbing mereka ke jalan keadilan dan kesetaraan,” tambah Craig.
Bilal, seorang muslim yang menjadi korban tindakan rasisme kemudian diangkat menjadi muazin oleh Nabi Muhammad. Dengan pengangkatan ini, beliau ingin menunjukkan bahw pengucilan da nsubordinasi berdasarkan warna kulit tidak diperbolehkan dalam masyarakat Islam.
Lebih lanjut, Craig menyinggung soal khotbah terakhir Nabi Muhammad di Gunung Arafah pada 632 M yang diklaim sebagai manifestasi anti-rasisme.
Dalam pidato tersebut, terang Craig, Nabi Muhammad mengatakan bahwa orang Arab tidak memiliki keunggulan dari orang non-Arab atau begitu juga sebaliknya. Orang kulit putih tidak memiliki keunggulan atas orang kulit hitam begitu sebaliknya kecuali kesalehan dan tindakan baik.
Menurut Craig, khotbah terakhir tersebut adalah titik puncak kehidupan Rasulullah. Beliau menentang populasi yang terpecah belah dengan menjauhkan diri dari pengkategorian etnis.
“Nabi Muhammad mendahului kata-kata Martin Luther King Jr, dalam pidatonya ‘I Have a Dream’ yang menyerukan agar orang Afrika-Amerika tidak dinilai dari warna kulit tapi karakternya,” ujar Craig.
Sebagai simpulan, Craig pun menyebut Nabi Muhammad sebagai sosok inspiratif dalam menumpas tindakan rasisme di dunia.
“Nabi Muhammad adalah inpirasi bagi semua orag untuk bertindak membersihkan dunia dari kejahatan rasisme,” kata Craig memungkasi. (*)