Pihak berwenang di Myanmar memberlakukan jam malam setidaknya di dua kota di negara bagian Rakhine setelah serangan mematikan terbaru umat Buddha terhadap muslim Rohingya, di mana lebih dari 80 orang tewas pada kekerasan bulan Juni lalu.
Hla Thein, juru bicara pemerintah negara bagian Rakhine, kepada Reuters mengatakan bahwa jam malam telah diberlakukan di kota Minbya dan Mrauk Oo sejak Senin. Beberapa sumber lokal melaporkan adanya penguatan polisi bersenjata di kota ini.
Media resmi mengatakan pada hari Rabu kemarin (24/10) bahwa dua Muslim telah tewas dan delapan lainnya terluka dalam kekerasan yang berlangsung sejak hari Minggu, sedangkan 1.039 rumah milik warga Muslim dibakar. Laporan yang belum dikonfirmasi dari sumber lain menyebut jumlah korban tewas dari warga Muslim jauh lebih tinggi.
Hingga 800.000 muslim Rohingya saat ini hidup dalam kondisi hina di sepanjang perbatasan Myanmar dengan Bangladesh. Negara tidak mengakui mereka sebagai warga negara dan pihak berwenang Bangladesh mengusir manusia perahu Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan pada bulan Juni.
Kebanyakan orang di Myanmar menganggap muslim Rohingnya sebagai imigran ilegal dari Asia Selatan. Bahkan Aung San Suu Kyi, pemenang Nobel perdamaian yang memimpin perjuangan untuk demokrasi, telah mengesampingkan pertanyaan tentang bagaimana mengatasi masalah itu.(fq/wb)