Rencana Prancis memberlakukan larangan burka bagi muslimah menuai kecaman dari Muslim di berbagai negara. Prancis menyatakan burka adalah lambang penindasan bagi kaum perempuan dan tidak sesuai dengan konsep sekularisme negeri itu, sebagai alasan untuk melarang burka.
Seorang perempuan Prancis yang baru masuk Islam enam bulan yang lalu, terusik dengan pemberitaan negatif tentang burka di media massa Prancis. Karena, meski baru masuk Islam, perempuan Prancis yang kemudian menggunakan nama Islam Khadija itu adalah salah seorang muslimah yang mengenakan burka.
Ia menolak keras anggapan bahwa burka adalah bentuk penindasan terhadap kaum perempuan. "Kami bebas dan punya alasan kuat untuk memutuskan berburka. Tidak ada penindasan, tidak ada tekanan dari keluarga maupun dari suami atas keputusan kami ini," kata Khadija yang dijumpai di rumahnya bersama sejumlah muslimah berburka lainnya di pinggiran kota Saint Denis.
Mereka mengatakan tidak merasa terpenjara oleh burka, seperti anggapan para politisi di Prancis. Mereka merasa terpenjara justeru ketika para politisi itu meributkan soal burka sehingga membuat banyak orang curiga dengan perempuan berburka.
Mahrezyia, sahabat Khadija mengungkapkan, isu burka yang dihembuskan para politisi Prancis telah mempengaruhi kehidupannya. Sekarang, ia hanya keluar rumah jika ada keperluan penting saja. "Bukan hal yang mudah, jika ada orang yang memandang curiga pada kita kemanapun kita pergi," kata Mahrezyia.
Khadija dan teman-temannya menyatakan, mereka juga punya hak untuk menentukan pakaian macam apa yang ingin mereka kenakan, seperti perempuan-perempuan lainnya di Prancis. "Kita tidak perlu membahas apakah burka itu kewajiban atau bukan. Inti persoalannya, kita punya hak untuk mengenakan burka," tukas Khadija.
Ia mempertanyakan mengapa baru sekarang pemerintah Prancis meributkan burka. "Kelihatannya pemerintah tidak punya kerjaan. Buat apa mereka mempermasalahkan kami, di tengah krisis ekonomi dan sosial yang melanda negeri ini …" tanya Khadija.
Banyak kalangan di Prancis menuding Presiden Nicolas Sarkozy ingin mengalihkan perhatian masyarakat ke isu burka, karena ia berencana untuk melakukan perubahan di bidang pendidikan, sosial dan sistem pajak.
Tapi Khadija dan sesama muslimah lainya tidak mau terlalu memusingkan polemik ini. Bagi mereka, polemik yang berkaitan dengan kehidupan warga Muslim sudah menjadi hal yang biasa, sejak pemerintah Prancis memberlakukan larangan berjilbab di sekolah-sekolah pada tahun 2004.
"Sekarang giliran burka.Kami menjadi kambing hitam dari persoalan-persoalan yang dihadapi pemerintah Prancis," tukas Mahrezyia. (ln/iol)