“Masjid Azna dihancurkan tahun lalu. Saya pikir itu mungkin di musim gugur. Mereka membawa mesin untuk merobohkannya. Masjid Azna dan Destangah di Suntagh dihancurkan. Destangah dihancurkan pada saat yang sama (seperti Azna),” kata petugas itu tanpa memberikan alasan pembongkaran masjid tersebut, dilansir di RFA, Rabu (12/8).
Menurut petugas tersebut, pemerintah setempat memutuskan membiarkan masjid yang ketiga tetap berdiri, yakni Masjid Teres. Meskipun, masjid yang lain dalam kondisi yang lebih baik dan jauh lebih besar. Masjid Destangah misalnya berlokasi strategis di sebelah pasar Suntagh.
Selain itu, masjid Azna dan Destangah dibangun dari batu bata. Sedangkan masjid Teres memiliki dinding tanah yang ditutupi dengan kayu yang lebih tua.
“Masjid yang dihancurkan lebih kukuh karena atapnya dicurah dengan semen. Sementara atap kayu di masjid Teres nyaris tidak bisa menahan hujan,” kata petugas itu.
China Robohkan Dua dari Tiga Masjid di Xinjiang
Dalam sejarahnya, Dinasti Tang China pertama kali mengenal Islam pada abad ketujuh, lebih dari 1.000 tahun sebelum Dinasti Qing menetap di tempat yang sekarang disebut Xinjiang. China kini menjadi rumah bagi lebih dari 22 juta Muslim, termasuk sekitar 11 juta orang Uighur.
Sementara itu, masjid dan situs keagamaan lainnya di Xinjiang telah rusak parah selama pergolakan politik pada Revolusi Kebudayaan di China pada 1966-1976. Sejak 2016, pemerintah China telah secara sistematis menghancurkan masjid, pemakaman, serta bangunan dan situs keagamaan lainnya di seluruh Xinjiang.
Investigasi yang dilakukan oleh Agence France-Presse mengungkapkan setidaknya 45 pemakaman di Xinjiang telah dihancurkan dari 2014 hingga Oktober lalu, dengan 30 di antaranya diratakan sejak 2017. Situs tersebut diubah menjadi taman atau tempat parkir, atau tetap menjadi lahan kosong.
Tahun lalu, Proyek Hak Asasi Manusia Uighur (UHRP) yang berbasis di Washington menerbitkan sebuah laporan yang merinci kampanye ini, yang berjudul “Menghancurkan Keyakinan: Penghancuran dan Penodaan Masjid dan Kuil Uyghur.” Proyek tersebut menggunakan geolokasi dan teknik lain untuk menunjukkan di mana saja antara 10 ribu dan 15 ribu masjid, tempat suci, dan situs keagamaan lainnya di wilayah tersebut yang dihancurkan antara 2016 dan 2019.