Muslim Sunni Bantu Muslim Syiah Bangun Kembali Masjid Emas

Warga Muslim Sunni di Irak berinisiatif untuk membantu pembangunan kembali Masjid Emas milik Muslim Syiah di Samarra yang hancur akibat serangan bom pekan kemarin.

"Inisiatif ini segera dilakukan setelah terjadinya ledakan sebagai bentuk solidaritas dengan saudara-saudara kami Muslim Syiah," kata Abu Uqba Al-Samarrai pada Islamonline, sehabis membantu menyingkirkan puing-puing reruntuhan kubah Masjid Emas yang hancur.

Uqba mengatakan, selain warga Muslim Sunni, kelompok-kelompok lainnya juga ikut membantu membersihkan puing-puing. "Orang tua, wanita anak-anak dan kaum lelaki di Samarra (yang didominasi warga Sunni) berbondong-bondong ke makan untuk membersihkan puing-puing, dengan menggunakan sekop dan dengan tangan," tutur Uqba.

Kaum wanita menyediakan makanan dan air bagi kaum lelaki yang kelelahan, setelah sepanjang hari bekerja keras agar puing-puing segera selesai dibersihkan. "Kaum lelaki menyenandungkan lagu-lagu Islami sambil bekerja," sambung Uqba.

Lebih dari 200 orang tewas sejak tanggal 22 Pebruari, ketika Masjid Emas hancur akibat serangan bom yang memicu bentrokan sektarian antara Sunni-Syiah di negeri 1001 malam itu.

Upaya untuk memulihkan hubungan antara Sunni dan Syiah terus dilakukan. Pada Sabtu (25/2) kemarin, sejumlah cendikiawan Syiah dari kelompok Sadr dan Khalsi menggelar pertemuan dengan para pemimpin Sunni di Masjid Abu Hanifa, Baghdad. Dalam pertemuan itu mereka sempat melakukan sholat bersama dipimpin oleh imam Sunni Abdul Salam Al-Qubaissi.

Usai pertemuan, kedua belah pihak mengumumkan terbentuknya sebuah komisi yang akan menentukan alasan-alasan atas krisis yang terjadi dan pandangan-pandangan untuk memecahkannya. Mereka juga menyerukan agar segera ditentukan jadwal penarikan pasukan AS dari Irak.

Ketua Waqaf Sunni, Ahmad Abdul Ghaffor Al-Samarrai juga menyatakan bahwa pihaknya akan memberikan sumbangan sebesar 1.350 juta dollar untuk membangun kembali Masjid Emas. Masjid emas merupakan tempat suci bagi Muslim Syiah, di dalamnya terdapat makam imam ke-10 dan ke-11 Syiah, Ali Al-Hadi yang wafat pada 868 Masehi dan puteranya, Hasan Al-Askari yang wafat pada 874 Masehi.

Menurut tradisi Muslim Syiah, tempat suci yang kerap dikunjungi para peziarah dari kalangan Muslim Syiah di seluruh dunia itu, dekar dengan tempat dimakamkannya imam terakhir, yaitu imam ke-12, Muhammad Al-Mahdi yang selama ini keberadaannya tidak diketahui. Muslim Syiah meyakini, Imam Al-Mahdi masih hidup dan akan muncul kembali untuk menegakkan keadilan bagi umat manusia.

Menanggapi pengeboman atas tempat suci Muslim Syiah itu, cendekiawan Syiah Jawad Al-Khalsi mengatakan bahwa aksi pengeboman itu merupakan tindakan terencana dan dilakukan oleh orang terlatih.

Sementara itu, pemerintah Irak mengakhiri penerapan jam malam di kota Baghdad pada Senin (27/2) kemarin. Sejak dicabutnya jam malam, lalu lintas kembali normal dan di jalan-jalan di Baghdad sudah terlihat masyarakat yang lalu lalang. Meski demikian, jam malam masih diberlakukan di propinsi Salah al-Din, Bail dan Diyala. (ln/aljz/iol)