Muslim Skotlandia Terbagi atas Rencana Referendum Kemerdekaan

Sebuah referendum yang direncanakan terkait kemerdekaan Skotlandia dari Inggris telah membagi minoritas Muslim di negara itu, di tengah harapan bahwa umat Islam Skotlandia akan memainkan peran penting dalam menentukan masa depan negara mereka.

“Saya tidak masuk ke dalam politik untuk memperjuangkan pengaturan konstitusional, untuk menjaga negara saya secara bersama-sama,” kata Anas Sarwar, Wakil Pemimpin Buruh Skotlandia, kepada Al-Jazeera pada Minggu 11 November kemarin.

“Tapi saya pikir itu adalah hal yang menarik bahwa seseorang yang berasal dari etnis minoritas diberi tanggung jawab yang besar dalam Partai Buruh untuk menjaga negara ini secara bersama-sama.”

Anas sendiri adalah putra Mohammed Sarwar, Muslim pertama yang terpilih masuk ke parlemen Inggris pada tahun 1997.

Sebelumnya Scottish National Party (SNP), yang memenangkan mayoritas mutlak di parlemen Skotlandia tahun lalu, berkampanye untuk kemerdekaan Skotlandia dari Inggris.

Pemimpin SNP Alex Salmond telah menyarankan adanya referendum mengenai kemerdekaan Skotlandia dari Inggris tahun depan.

Namun Anas menentang rencana referendum tersebut.

“Di saat senang maupun masa sulit kami tahu kapan kami bekerja sama. Bekerja sama dan tetap bersama-sama itu sesuatu yang lebih baik,” ujarnya.

Jajak pendapat sebelumnya telah memprediksi bahwa kemerdekaan tidak memiliki dukungan mayoritas di Skotlandia.

Skotlandia memiliki sekitar 75.000 Muslim. Sekitar 40% dari mereka tinggal di wilayah Glasgow.

Tapi Muslim Skotlandia lainnya justru mendukung gagasan memisahkan diri dari Inggris.

“Keterlibatan saya dalam gerakan anti-perang pada saat itu adalah sebuah katalis yang mendorong pemikiran saya menuju kemerdekaan,” kata Humza Yousaf, seorang pejabat di kementerian Dalam Negeri pemerintah Skotlandia kepada Al-Jazeera.

“Keyakinan bahwa kami tidak boleh diseret ke dalam sebuah perang menjadi keyakinan saya terhadap kemerdekaan dan hal itulah mengapa saya masih mendukung gagasan kemerdekaan ini.”

Seorang mantan juru bicara lembaga amal Islamic Relief, Humza Yousaf (27 tahun) adalah menteri termuda di Skotlandia.

Kakeknya, seorang penjahit di sebuah desa kecil di India, mengambil bagian dalam aksi protes menentang pemerintahan Inggris di tanah airnya.

Dalam pernyataannya Yousaf mengatakan bahwa dirinya seperti membawa tradisi keluarga yang bangga menentang Inggris dengan berkampanye untuk kemerdekaan di Skotlandia.(fq/oi)