Muslim-Kristen Harus Bentuk Manajemen Krisis Bersama

Ulama-ulama Muslim mengajak pemuka agama Kristen untuk bersama-sama membentuk manajemen krisis sebagai salah satu cara untuk meredam ketegangan antara kedua penganut agama terbesar di dunia itu.

Profesor Ibrahim Kalin, pengajar di jurusan studi Islam Universitas George Washington menilai mekanisme manajemen bersama ini sangat penting, sehingga jika terjadi kasus-kasus seperti kartun yang melecehkan Rasulullah saw, umat Islam dan Kristiani harus tampil untuk membuat pernyataan bersama.

Usulan tersebut dilontarkan menjelang pertemuan antara pemuka Muslim dan Kristen yang akan digelar Selasa (4/10) di Roma. Dalam pertemuan yang akan dilakukan secara tertutup itu, akan hadir 50 pemuka agama Islam dan para pejabat Vatikan yang akan membahas masalah hubungan antara Muslim-Kristen, terutama isu-isu sensitif seperti teologi, kemanusiaan dan penghormatan terhadap antara pemeluk agama, termasuk kasus serangan terhadap umat Kristiani di kota Mosul Irak baru-baru ini.

Pertemuan yang akan dibuka dengan pidato Paus Benediktus itu merupakan tindak lanjut dari kesepakatan keduabelah pihak bulan Maret kemarin, untuk membentuk sebuah forum Muslim-Katolik untuk meredam gap antara pemeluk agama tersebut.

Hubungan Muslim-Kristen tegang setelah sebuah surat kabar Denmark mempublikasikan kartun yang melecehkan Rasulullah saw. Setahun kemudian, Paus Benediktus melontarkan pernyataan yang mengundang reaksi keras dunia Islam dan mendorong sekitar 138 ulama Muslim dari berbagai negara menyampaikan surat terbuka pada Paus agar menggagas dialog antara Muslim-Kristen.

Terkait kerjasama Muslim-Kristen untuk membentuk sebuah manajemen krisis, Profesor Kalin mencontohkan kerjasama antara masjid-masjid dan gereja di Belanda dalam menghadapi krisis film anti-Islam yang dibuat Geert Wilders beberapa waktu lalu.

"Model kerjasama seperti adalah bentuk kerjasama yang kita inginkan," kata Kalin. (ln/iol/aby)