Meskipun merasa khawatir pada awalnya, ancaman serangan terhadap masjid di kota Kanada timur Charlottetown telah gagal untuk mengintimidasi komunitas Muslim yang cukup besar di daerah itu.
“Ini sudah terlalu dekat untuk masalah kenyamanan,” kata Zain Esseghaier, yang telah menjadi penduduk Charlottetown selama 33 tahun terakhir, kepada surat kabar Toronto Star.
“Saya menghabiskan bagian yang baik dari kehidupan saya di sini. Ini adalah rumah bagi saya.”
Masjid-masjid di Charlottetown menghadapi sejumlah ancaman serangan dalam beberapa pekan terakhir.
Dua minggu lalu, sebotol bensin dengan tulisan “Defeat Jihad” ditemukan di tangga depan Masjid Dar As-Salam.
Serangan itu terjadi dua bulan setelah sebuah truk dari kontraktor yang bekerja di bangunan masjid dibakar pada bulan Agustus. Sebuah kepala babi juga ditancapkan di pos sebuah masjid baru di kota ini tahun lalu.
“Tentu saja, Anda dab banyak orang akan bingung pada awalnya,” kata Esseghaier.
“Anda bertanya-tanya apa yang akan menjadi langkah berikutnya? Akankah seseorang melemparkan bom Molotov melalui jendela sementara seseorang sedang shalat? ”
Ini bukan masjid pertama kalinya yang menghadapi ancaman di Kanada.
Pada bulan Agustus, seorang komisioner untuk Victoria Coast Guard mengancam untuk meledakkan sebuah masjid baru di selatan kota Victoria.
Meskipun adanya ancaman serangan, komunitas Muslim di Charlottetown tetap teguh, menolak untuk diintimidasi.
“Tidak ada yang akan memaksa saya untuk meninggalkan kota ini,” kata Esseghaier.
“Kami bertekad untuk melanjutkan aktivitas kami. Kami tidak akan membiarkan ancaman ini menghentikan dari apa yang telah kami lakukan. Tidak ada keraguan tentang itu dalam pikiran saya.”
Menghadapi kekhawatiran mereka, 90 dari 120 jamaah yang sering muncul tetap melakukank shalat Jumat setiap minggunya.
Charlottetown adalah ibukota provinsi Prince Edward Island, yang merupakan rumah bagi sekitar 500 warga Muslim.
Dipaksa selama bertahun-tahun untuk shalat di ruang bawah tanah, gimnasium dan ruang kelas universitas, masjid adalah cara untuk mempertahankan populasi Muslim di provinsi ini, kata ketua masyarakat Muslim Najam Chishti.
Tinggal di Charlottetown sejak tahun 1979 bersama istri dan tiga anak, pensiun kimiawan ini tidak bisa mengerti mengapa orang akan menyerang agamanya.
Berdiri dengan kefanatikan, Chishti mengatakan serangan masjid telah mendorong muslim Charlottetown untuk terlibat aktif dengan warga untuk menghapus stereotip fundamentalis.
“Kami adalah orang-orang yang damai,” ujar Chishti.(fq/oi)