Warga Muslim Jerman berharap keberadaan masjid-masjid bisa menjadi jembatan dan medium integrasi dengan masyarakat setempat. Oleh sebab itu, warga Muslim khususnya di kota Cologne-kota keempat terbesar di Jerman-kini sedang memperjuangkan agar rencana pembangunan masjid di kota itu bisa terlaksana.
Masjid itu akan dibangun di distrik Ehrenfeld, dilengkapi dengan kubah serta dua menara setinggi 55 meter. Masjid yang pembangunannya menelan biaya sebesar 15 juta dollar ini, dibangun di lokasi masjid yang selama ini dikelola oleh DITIB (Turkish-Islamic Union for Religius Affairs) dan pembangunannya diharapkan selesai pada tahun 2009.
Masjid itu nantinya akan menjadi masjid terbesar di Jerman, yang bisa menampung sekitar 2. 000 jamaah. Rencana pembangunan masjid ini mendapat dukungan dari semua partai politik, persatuan-persatuan dagang dan banyak asosiasi.
"Dengan adanya masjid ini, warga Muslim tidak akan berpikir lagi tentang negara asal mereka sebagai rumah mereka tapi memikirkan Jerman, " kata Seyda Can dari DITIB.
Satu-satunya kelompok yang menentang pembangunan masjid itu adalah kelompok-kelompok kiri di Cologne. Mereka melakukan kampanye di kalangan masyarakat Cologne untuk menentang pembangunan masjid itu. Lewat wadah Pro Cologne, mereka berusaha mendapat dukungan dari kalangan kiri di Austria dan Belgium. Kampanye Pro Cologne memandang langkah pembangunan masjid sebagai upaya Islamisasi Eropa.
Namun, saat ini gerak-gerik kelompok tersebut terus dipantau oleh Kantor Perlindungan Konstitusi, agen intelejen domestik Jerman wilayah North Rhine-Westphalia.
Seyda mengungkapkan, warga Muslim sudah menetap di Cologne sejak 40 tahun yang lalu, tapi mereka masih saja sholat di ruangan-ruangan paling belakang. Ada 120 ribu Muslim di Cologne atau sekitar 12 persen dari jumlah populasi. Kami tidak seharusnya bersembunyi, " papar Seyda.
Jerman adalah negara kedua di Eropa setelah Prancis yang jumlah warga Muslimnya paling banyak. Jumlah warga Muslim di Jerman saat ini diperkirakan mencapai 3, 2 juta orang dan hampir setengahnya berasal dari Turki.
Ikbal Kilic, juru bicara Islamic Union mengungkapkan, warga minoritas Muslim untuk menjawab kekhawatiran terhadap pembangunan masjid di Cologne. "Kami akan mengadakan kursus bahasa Jerman dan desain masjid akan menggunakan banyak kaca, sehingga orang bisa melihat ke dalam masjid. Kami ingin terbuka, " tukas Kilic.
Terkait adanya kelompok-kelompok yang tidak setuju dengan pendirian masji, Seyda membandingkannya dengan penganut Protestan yang begitu mudah mendapatkan izin pembangunan tempat ibadahnya.
"Dua ratus tahun yang lalu, gereja Protestan pertama dibangun di Cologne. Ada proses panjang bagi penganut protestan agar bisa diterima, tapi hari ini, tentu saja mereka diterima di sini. Mengapa kita tidak sama seperti itu? (ln/iol)