Solidaritas untuk Palestina ternyata tidak berhenti meski Israel telah menarik mundur pasukannya dari Jalur Gaza. Sabtu, tanggal 24 Januari 2008, pukul 15.30 waktu Tokyo, ratusan orang berkumpul di Yoyogi Park, Tokyo Jepang untuk melaksanakan sholat ghaib bagi para syuhada di Gaza. Diantara rintik salju yang mulai turun dan hawa dingin yang menusuk tulang para peserta tetap khusyu’ melaksanakan sholat Ghaib, berdoa dan mendengarkan thausiyah.
Sholat ghaib dan do’a bersama untuk syuhada di Gaza dipimpin langsung oleh Syeikh Niametullah Khalil Ibrahim Yurt, yang merupakan imam Islamic Center Japan. Dalam sambutannya sebelum sholat Syeikh Niametullah mengatakan bahwa Palestina adalah bagian dari masyarakat dunia yang saat ini tengah dirampas hak-hak kemanusiaannya. Oleh karena itu sudah seharusnya masyarakat dunia bersatu untuk membantu warga Palestina. Syeikh juga mengatakan bahwa muslim Jepang turut merasakan derita yang dialami saudara-saudaranya di Jalur Gaza. Bukan hanya karena mereka muslim, tapi karena mereka adalah manusia.
Apa yang dilakukan oleh Israel, menurut Niametullah sama sekali tidak bisa dibenarkan oleh nilai-nilai kemanusiaan apapun yang berlaku universal di dunia ini.
“Setelah tiga minggu serangan brutal Israel di jalur Gaza, yang telah membunuh sekitar 1300 orang tak berdosa, baik dari kalangan anak-anak maupun wanita, dan telah membuat luka sekitar 5340 orang serta menghancurkan 16 gedung pemerintah, 20 mesjid dan 20 ribu rumah penduduk, maka sudah seharusnya kita membantu saudara kita di Gaza untuk bangkit kembali. Marilah kita sholat ghaib bersama untuk para syuhada di Gaza dan berdoa agar mereka yang masih hidup tetap diberikan keteguhan dalam memperjuangkan hak-hak kemanusiaanya.” Demikian di katakan oleh imam yang menguasai bahasa Turki, Arab, Inggris, China dan Persia ini.
Selain warga yang ingin melaksanakan sholat ghaib dan doa bersama ini, acara ini juga dipenuhi oleh warga Jepang yang ingin sekedar melihat, wartawan dan petugas dari kepolisian Tokyo. Acara sholat Ghaib dan doa bersama ini diakhiri dengan penggalangan dana untuk Palastina. (Mukhamad Najib, Tokyo Jepang)