Tak bisa dipungkiri, peran para intelektual Barat ikut berperan dalam memicu rasa kebencian terhadap warga Muslim lewat pernyataan-pernyataan mereka. Para intelektual itu kerap menggunakan istilah-istilah yang memojokkan dan memojokkan umat Islam.
Baru-baru ini, seorang novelis terkenal Inggris Ian McEwan melontarkan pernyataan yang menuai kecaman keras dari warga Muslim di Inggris. Dalam wawancaranya dengan surat kabar Italia Corriere Della Sera, McEwan mengungkapkan kebenciannya terhadap warga Muslim karena dianggap telah melakukan Islamisme.
"Saya… membenci Islamisme, sesuatu yang menjijikan, yang ingin membentuk sebuah masyarakat berdasarkan keyakinan agama, yang tidak memberikan kebebasan pada kaum perempuan, tidak toleran terhadap kaum homoseks dan sebagainya… kita semua sudah tahu, " kata McEwan dalam wawancara itu.
Ia mendukung koleganya sesama novelis bernama Martin Amis, yang juga melontarkan pernyataan yang menyerang warga Muslim tahun 2007 lalu. Amis mengatakan, warga Muslim harus menderita sampai mereka mendapatkan tempat yang mereka inginkan.
"Penderitaan seperti apa? Tidak membiarkan mereka bepergian, deportasi, membatasi kebebasan mereka, menggeledah orang-orang yang wajahnya mirip orang-orang dari kawasan Timur Tengah atau dari Pakistan… diskriminasi. Pokoknya semua tindakan yang membuat seluruh komunitas Muslim menderita, " kata Amis yang langsung memicu reaksi keras dari warga Muslim.
Deputi Sekretaris Jenderal Muslim Council of Britain (MCB) Dr. Daud Abdullah mengaku tidak heran jika McEwan mendukung pernyataan Amis karena kedua novelis itu memang memiliki perangai yang sama terhadap keberadaan warga Muslim dan Islam.
"Mereka menganggap orang Eropa, kulit putih dan liberal memiliki budaya yang lebih unggul dibandingnkan dengan Muslim. Umat Islam mereka anggap sebagai orang-orang yang terbelakang, lebih rendah derajatnya dan suka melakukan kekerasan, " tukas Abdullah.
Abdullah menilai istilah "Islamism" yang digunakan Amis dan McEwan adalah salah satu upaya untuk memojokkan dan menjelek-jelekkan umat Islam. "Dengan menggunakan istilah Islamism, mereka tidak bicara tentang sekelompok masyarakat kecil. Tapi mereka telah memfitnah Islam dan komunitas Muslim secara keseluruhan, " tandas Abdullah.
Ia khawatir, stereotipe-stereotipe semacam itu bukan hanya bergaung di kalangan intelektual dan penulis, tapi masyarakat awam pada umumnya. Bagi warga Muslim, kata Abdullah, yang penting bukan apakah seseorang itu rasis atau tidak. Tapi yang terpenting adalah, dampak dari pernyataan-pernyataan mereka yang akan mempengaruhi pola pikir masyarakat awam.
"Pernyataan-pernyataan semacam itu menimbulkan iklim kebencian, " sambung Abdullah.
Ia menyatakan, McEwan dan Amis bukan orang-orang yang pertama melontarkan pernyataan yang menyerang umat Islam. Menurut Abdullah, sebelumnya seorang wartawan bernama Robert Kilroy Silk juga melontarkan komentar yang sama tentang Islam dan umat Islam, dan untuk itu Kilroy dibebastugaskan dari pekerjaannya.
Meski demikian, kata Abdullah, banyak kalangan cendikiawan dan intelektual di Inggris yang ikut mengecam koleganya yang mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang menghina Islam dan umat Islam. Misalnya Christopher Hitchens yang menyebut Amis rasis, juga Ronan Bennett penulis asal Irlandia Utara yang menilai pernyataan Amis rasis dan memalukan.
Dua juta warga Muslim Inggris, lewat organisasi yang menaungi mereka, sudah menyampaikan protes keras atas pernyataan-pernyataan para intelektual yang melecehkan Islam dan umat Islam, Mulai dari MCB, British Muslim Initiative dan Muslim Public Affairs Committee. Abdullah yakin, pernyataan McEwan juga akan mendapatkan reaksi yang sama dari warga Muslim dan organisasi-organisasi advokasi hak-hak sipil. (ln/iol)