Muslim Inggris Merasa Diasingkan di Negerinya Sendiri

Shahid Malik, menteri Muslim pertama di Inggris mengkritik kecenderungan makin meningkatnya sikap permusuhan terhadap warga Muslim di negara itu. Ia bahkan mengatakan, kondisi warga Muslim di Inggris sekarang ibarat "orang-orang Yahudi Eropa" yang menjadi target permusuhan orang-orang Eropa.

Malik yang ditunjuk PM Gordon Brown untuk memimpin Departemen for International Development (Dfid) mengatakan, menjadikan warga Muslim sebagai target bulan-bulanan masyarakat dan media sepertinya sudah menjadi hal yang terlegitimasi, tapi tidak untuk kelompok warga minoritas lainnya selain Muslim.

Malik menyatakan, ia bukkanya ingin menyamakan situasi warga Muslim sekaran dengan tragedi Holocaust yang menimpa orang-orang Yahudi di Eropa semasa Perang Dunia II. Tapi ia hanya ingin mengingatkan bahwa saat ini banyak warga Muslim di Inggris yang merasa "seperti orang asing di negaranya sendiri."

Malik mengungkapkan, dia sendiri pernah menjadi sasaran perlakuan rasis. Mobil Malik pernah dilempari bom molotov dan ia sendiri pernah menjadi sasaran caci maki ketika sedang mengisi bensin di sebuah tempat pengisian bahan bakar. "Saya pikir sebagian besar orang setuju, jika sekarang Anda bertanya pada warga Muslim bagaimana perasaan mereka sebenarnya, mereka merasa seperti orang Yahudi di Eropa, " ujar Malik

"Yang lebih memprihatinkan, ada pesan yang disampaikan bahwa tidak apa-apa ‘menyerang’ orang sepanjang orang itu Muslim. Dan Anda tidak usah khawatir dengan fakta-fakta, karena orang akan tutup mata, " sambung Malik.

Pernyataan-pernyataan Malik itu adalah kutipan wawancaranya yang akan disiarkan Channel 4 bersamaan dengan peringatan insiden serangan bom di London yang terjadi tanggal 7 Juli 2005 lalu. Dalam acara tersebut juga akan ditayangkan hasil polling pendapat warga Muslim Inggris tentang kondisi yang mereka alami pascainsiden bom London tersebut. Mereka menyatakan merasakan sikap permusuhan yang makin meningkat dari masyarakat Inggris setelah insiden tersebut.

Polling yang dilakukan ICM, hasilnya menunjukkan sekitar 51 persen responden dari kalangan orang-orang Inggris menuding Islam sebagai biang keladi serangan bom London, dan lebih dari seperempat responden dari kalangan Muslim menilai nilai-nilai Islam tidak sejalan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat Inggris.

Sementara 90 persen responden Muslim menyatakan bahwa hidup mereka sudah terpaut dengan Inggris, dan delapan dari 10 warga Muslim mengakui, mereka menjadi sasaran kecurigaan karena latar belakang agama mereka pascainsiden bom London tahun 2005 lalu yang menewaskan 52 orang. Pandangan negatif terhadap warga Muslim makin memburuk oleh komentar-komentara sejumlah tokoh di surat-surat kabar maupun lembaga-lembaga think-tank.

Anggota gugus tugas persamaan hal dan salah seorang pendiri Operation Black Vote, Simon Woolley membenarkan adanya peran media massa yang bias terhadap Islam dan umat Islam. Ia mengakui makin menguatnya sikap Islamofobia di Inggris. "Dampaknya, warga Muslim bukannya makin dekat dengan ke-inggrisannya tapi malah merasa bertambah jauh sebagai bagian dari masyarakat Inggris, " tukas Woolley. (ln/Independent)