Pemerintah Ethiopia terus menutup telinga atas meningkatnya tuntutan yang asasi dari Muslim , para ahli telah memperingatkan bahwa tindakan keras pemerintahan pada agama minoritas akan membuat pemuda Muslim akan lebih rentan tertarik kepada ekstremisme .
” Jika keluhan yang sah saja tidak terpenuhi , maka ada risiko unsur-unsur kekerasan ekstrimis akan mengeksploitasi pemuda Muslim untuk mencapai tujuan mereka sendiri , ” ujar Mehari Taddele Maru , kepala African Conflict Prevention Program di Pretoria mengatakan pada Kamis, 10 Oktober .
” Ethiopia sebagai Tanduk Afrika ini memiliki populasi Muslim terbesar ketiga di dunia dan telah menjadi semakin stabil sebagai akibat perang yang dilancarkan di Somalia melawan organisasi Al – Shabaab , yang telah menyatakan gerakan jihad di Ethiopia beberapa kali , “tambahnya.
Demonstrasi protes telah mengguncang Ethiopia selama beberapa tahun terakhir karena campur tangan pemerintah dalam urusan agama dari komunitas Muslim .
Muslim mengatakan pemerintah adalah pelaku kampanye yang melakukan intervensi keyakinan ke komunitas Islam , pemerintah bekerjasama dengan Dewan Agung Urusan Islam untuk mengindoktrinasi ke dalam komunitas Muslim dengan ideologi dari sekte yang disebut ” Ahbash ” , sebuah sekte campuran dari Syiah dan tasawuf.
Muslim mengatakan langkah pemerintah ini melanggar konstitusi , Muslim mencegah campur tangan pemerintah dalam urusan agama .
Tetapi yang dilakukan pemerintah untuk memadamkan protes Muslim , pemerintah Ethiopia melancarkan operasi besar , menangkap sejumlah pemimpin demonstrasi protes Muslim.
Puluhan Muslim telah juga tewas dalam tindakan keras yang berulang dari pasukan keamanan kepada protes damai dari komunitas Muslim.
Serangan terakhir terjadi selama hari raya Idul Fitri pada bulan Agustus ketika polisi menyerang ribuan Muslim yang berkumpul untuk menuntut hak beragama .
Salah satu demonstran dipukuli bersama dengan istri dan anaknya dengan memegang spanduk yang bertuliskan ‘ Bebaskan Pemimpin kami .
” Kami adalah Muslim yang cinta damai memprotes pemerintah karena menangkap para pemimpin kita . Kami tidak ekstremis . Guru-guru kami tidak ekstremis , ” ujar pengunjuk rasa , yang meminta anonimitas karena takut dampak penangkapan.
” Kami tidak ingin pemerintah mengendalikan kehidupan keagamaan kita . Kami merasa bahwa kami tidak punya kebebasan beragama . Mereka memukuli kami , menembak kami dan menangkap kami . Kami tidak memiliki hak agama di negara ini , ” tambahnya .
Sebelumnya pada tanggal 4 Agustus , 14 Muslim ditembak mati oleh pasukan keamanan pemerintah saat pihak keamanan mencoba untuk menangkap seorang imam lokal di Central Etiopia.
” Pemerintah Ethiopia terus untuk menanggapi keluhan dari masyarakat Muslim dengan balasan kekerasan, penangkapan sewenang-wenang dan penggunaan aturan Anti – Terorisme yang terlalu- luas untuk mengadili para pemimpin gerakan ‘ dan individu lain , ” kata Claire Beston , peneliti Ethiopia Amnesty International.
” Ini merupakan pelanggaran terhadap hak rakyat untuk melakukan aksi damai , sebagaimana dilindungi dalam konstitusi Ethiopia . Pemerintah Ethiopia harus mengakhiri penggunaan taktik represif terhadap demonstran . ”
Muslim membentuk sekitar 34 persen dari populasi Ethiopia , menurut sensus pemerintah tahun 2007 .
Namun , sumber lain menempatkan kaum Muslim Ethiopia pada sekitar 50 % dari populasi negara itu . (OI.Net/KH)