Muslim di Eropa Tumbuh Pesat, Inikah Kedengkian Para Pembakar Quran?

eramuslim.com – Demonstrasi besar-besaran terjadi di beberapa negara Muslim sebagai tanggapan atas penodaan dan pembakaran Al Quran yang berulang kali terjadi di Swedia dan Denmark. Warga Muslim se-dunia marah kitab sucinya dinistakan oleh orang lain. Uniknya jumlah umat Muslim di Eropa malah tumbuh pesat.

Negara-negara Muslim merespons aksi di dua negara itu dengan cepat. Arab Saudi memanggil kuasa hukum Denmark atas masalah ini. Iran juga memanggil duta besar Swedia untuk Teheran sementara Irak mengusir diplomat top Swedia. Di Bagdad, ratusan orang mencoba menyerbu Zona Hijau, daerah yang dijaga ketat dengan sejumlah kedutaan asing dan pusat pemerintahan Irak.

Mengapa umat Islam menentang pembakaran Al Quran?

Al Quran adalah kitab suci Islam dan teksnya yang paling suci. Ini bukan hanya sebuah buku tetapi dianggap sebagai firman Tuhan yang literal, dan umat Islam memperlakukannya dengan sangat hormat. Umat ​​Muslim meyakini bahwa teks Al Qur’an telah dilestarikan dalam bentuk aslinya sejak diturunkannya sekitar 1.400 tahun yang lalu. Dengan demikian, umat Islam melihat pembakaran Alquran sebagai penodaan kitab suci dan tindakan yang tidak dapat diterima.

“(Pembakaran Al Quran) ini adalah penghinaan terhadap iman dan keyakinan umat Islam, tetapi yang lebih disayangkan adalah penghinaan terhadap kesucian populasi besar ini terjadi dengan kedok melindungi kebebasan,” kata Abbas Salimi Namin, seorang Sarjana yang berbasis di Teheran, mengutip Al Jazeera.

Mushaf Al Quran yang ada sekarang sama dengan yang dibaca oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Susunan 114 surat dan lebih dari 6.000 ayat Al Quran merupakan firman dari Allah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril yang datang setiap kepada Nabi Muhammad. Nabi pun memberi tahu para sahabat yang ditugaskan sebagai penulis wahyu.

Mushaf Al Quran dicetak di berbagai negara sesuai naskah induk (Mushaf Al-Imam) di masa pemerintahan Khalifah III Utsman Ibnu Affan (644-656 M). Copi asli naskah induk dikirim ke Mekkah, Syiria, Basrah dan Kufah serta satu copi dipegang Khalifah Utsman di ibukota Madinah. Naskah induk Mushaf Al Quran kini tersimpan di Museum Istanbul Turki.

Al Quran adalah mukjizat terbesar dari semua mukjizat-mukjizat yang diberikan Allah Swt kepada para Nabi sebelumnya dan kepada Nabi Muhammad Saw sendiri. Al Quran dianggap sebagai mukjizat terbesar karena akan terus relevan di sepanjang zaman, setelahnya, hingga hari kebangkitan. Ini merupakan kitab yang tidak ada habisnya, keajaibannya, dan manfaatnya tidak akan berakhir. Allah berfirman dalam Al-Quran yang artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alquran, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya” (QS Al Hijr 9).

Karena posisinya yang mulia di mata Umat Muslim, tentu para penganut Islam akan marah jika kitab sucinya dirusak, dibakar dan dihinakan. Sama dengan umat agama yang lain yang juga akan melakukan hal serupa jika kitab sucinya dibakar atau dirusak.

Umat ​​​​Muslim juga menghormati Nabi Muhammad sebagai utusan Tuhan yang terakhir. Menghina atau menggambarkannya dengan cara yang tidak sopan dianggap sebagai pelanggaran berat oleh umat Islam.

Umat Muslim juga menilai Masjid adalah tempat ibadah, dan karena itu dianggap sebagai ruang suci. Segala bentuk vandalisme, penodaan, atau penghinaan terhadap masjid sangat menyinggung umat Islam, seperti halnya sebagian besar agama lain dan tokoh suci atau tempat ibadah mereka.

Bagi umat Muslim, membela Al Quran, Nabi Besar Muhammad dan Masjid sebagai tempat suci menjadi sebuah kewajiban. Membelanya bermakna ibadah dan sebagai perwujudan keimanan. Tak heran, Muslim di seluruh dunia marah besar ketika Al Quran dibakar di beberapa negara Eropa.

Kejahatan kebencian?

 

Muslim merupakan minoritas kecil dari populasi di negara-negara Eropa Barat, dan mayoritas berasal dari latar belakang non-kulit putih. Beberapa Muslim percaya bahwa penargetan simbol-simbol suci Islam untuk penodaan adalah bukti iklim kebencian yang lebih luas terhadap Muslim dan didorong oleh sayap kanan Eropa.

Ini ditambah dengan seruan sayap kanan untuk mengakhiri imigrasi dari negara-negara Muslim dan bahkan pengusiran sebagai bagian dari teori konspirasi bahwa Muslim akan “menggantikan” penduduk “asli” Eropa.

Sementara salah satu tokoh utama di balik serentetan pembakaran Al Quran baru-baru ini adalah seorang Kristen Irak yang tinggal di Swedia, banyak yang percaya ada upaya dari sayap kanan untuk menciptakan ketegangan komunal di Eropa antara non-Muslim dan Muslim.

Umat Muslim tumbuh pesat di Eropa

 

Aksi-aksi anti-Islam di berbagai negara Eropa seperti yang terjadi di Denmark dan Swedia ini selama ini tidak menggoyahkan minat warga di benua itu untuk memeluk agama Rasulullah Muhammad SAW ini. Mungkin juga mereka gerah melihat perkembangan pesat kaum Muslim ini.

“Meski pemberitaan tentang Islam sering dilakukan dengan nada negatif, tetap saja banyak orang Eropa, termasuk saya sendiri, memeluk Islam, Alhamdulillah,” kata seorang muallaf, Robert Carter dalam akun Twitternya @Bob_cart124, di awal 2023, mengutip website Daarut Tauhiid.

Menurut penelitian Pew Research Center, jumlah pemeluk Islam di Eropa terus meningkat. Pada pertengahan 2010 hingga setahun kemudian saja, jumlah penganut Islam di Eropa dari 3,8 persen menjadi 4,9 persen atau dari 19,5 juta menjadi 25,8 juta orang. Jumlah Muslim di Eropa pada 2022 diperkirakan mencapai 44 juta atau 6 persen dari keseluruhan penduduk di Benua Biru itu.

Uniknya di Swedia yang kerap terjadi pembakaran kitab suci ini, angka penduduk muslimnya terbesar di Eropa. Hampir sepertiga populasi negeri itu adalah muslim, jumlahnya mencapai 4,5 juta jiwa atau sekitar 30 persen. Sementara populasi Muslim di United Kingdom (UK) pada 2021 mencapai 3,9 juta jiwa atau 6,5 persen dari total penduduk.

Pada 2050 mendatang, populasi Islam di Eropa diprediksi meningkat hingga 11,2 persen atau lebih, bergantung seberapa banyak migrasi yang diizinkan ke Eropa. Jika migrasi dihentikan di masa mendatang pun, tetap akan meningkat sekitar 7,4 persen. Angka penduduk Muslim akan terus bertambah setiap tahunnya seiring dengan bertambahnya angka kelahiran bayi Muslim. Selain itu, ketertarikan orang terhadap Islam juga terus menambah orang termotivasi untuk memeluk Islam.

Karena itu, Carter dalam postingan Twitternya ingin menunjukkan, bahwa segala aksi yang menunjukkan kebencian terhadap Islam atau islamophobia, tidak mengurangi pertumbuhan pemeluk Islam. Malah bisa jadi, aksi-aksi serupa justru semakin memancing orang untuk mengetahui apa itu Islam, Kemudian mempelajarinya, bahkan mengimaninya, sehingga mereka merasakan langsung ketenangan dan kenikmatan menjalani hidup sebagai Muslim.

Islam adalah agama penuh kearifan, sumber ketenangan batin, yang mengarahkan pemeluknya untuk berada dekat dengan Allah, sehingga pikirannya jernih untuk menjalani hidup, menebarkan kearifan dan kebersamaan, koeksistensi. Islam bukan agama yang menebarkan hal negatif, tidak mengajarkan pemeluknya untuk menebarkan kebencian, apalagi membakar dan menginjak kitab suci agama apa pun. (Sumber: inilah)

Beri Komentar