Bagaimana anda menjalani puasa ketika terbitnya matahari terjadi sangat dini hari dan tenggelam sangat malam?
Hal ini menjadi pertanyaan yang dihadapi sejumlah kecil Muslim yang menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan di ujung utara Eropa, di mana matahari tenggelam hanya beberapa saja, sehingga membuat puasa menjadi sangat lama.
Situs Al-Arabiya melaporkan Selasa kemarin (24/7) bahwa hal ini terjadi di hampir seluruh negara Eropa bagian utara. Salah satunya adalah kota Rovaniemi di Finlandia yang terletak 66 derajat di Lingkaran Arktik. Di kota ini, matahari terbit pukul 3.20 dini hari dan tenggelam pukul 11.20 malam.
Berarti, antara shubuh dan magrib terbentang waktu yang sangat lama. Muslim di wilayah ini bisa berpuasa hingga 20 jam saat Ramadhan. Apalagi jika Ramadhan jatuh di musim panas, matahari hampir tidak pernah terbenam.
Muslim di wilayah ini terbagi dua dalam berpendapat soal ini. Sebagian mengikuti laju matahari, sebagian lainnya pilih ikut waktu di negara terdekat. Mahmoud Said, 27 tahun, warga Finlandia yang berasal dari Kenya memilih opsi kedua. Dia mengikuti jadwal puasa di negara tetangga, yaitu Turki.
“Kita harus gunakan akal sehat. Kami berpuasa 14-15 jam sehari,” kata Said yang memperkirakan terdapat lebih dari 100 Muslim di Rovaniemi, kebanyakan berasal dari Irak, Somalia dan Afganistan.
Hal serupa juga dilakukan di negara Arktik lainnya, yaitu Alaska di Amerika Serikat. Setelah debat panjang, para cendekiawan Muslim di kota Anchorage, Alaska, pilih ikut jadwal puasa di Mekkah.
Namun, hal berbeda disampaikan oleh Dewan Fatwa Eropa di Dublin. Para ulama di negara ini mengatakan jadwal puasa harus mengikut terbit-terbenam matahari, termasuk bagi mereka di utara Bumi. Tidak ada alasan.
“Debat masalah ini telah berlangsung bertahun-tahun. Kami berpuasa berdasarkan matahari, dari terbit sampai tenggelam. Ini dilakukan oleh 90 persen Muslim Swedia,” kata Omar Mustafa, ketua Asosiasi Islam di Swedia.
Hal ini diterapkan oleh Kaltouma Abubakar dan sembilan anggota keluarganya di kota Rovaniemi. Tidak seperti Said, keluarga imigran Sudan ini berpuasa selama 20 jam sehari.
“Puasa di bulan Ramadan sangat lama. Berbuka sekitar pukul 11.30 malam. Sahur sekitar pukul 2 pagi,” kata wanita 31 tahun ini yang mengaku mulai masak untuk berbuka pada pukul 5 sore.
Perhitungan Ramadan berdasarkan kalender bulan berlangsung di saat yang berbeda setiap tahunnya. Pada 2015 nanti, Ramadan diperkirakan akan jatuh pada titik balik matahari di Arktik, saat siang hari sangat lama. “Saat itu, kami hanya akan punya waktu 10 menit untuk berbuka puasa,” kata Abubakar.
Kendati demikian, Abubakar sekeluarga menjalani puasa di utara dengan senang hati dan ikhlas. Terutama karena wilayah ini dingin, sehingga mereka tidak mudah kehausan. “Tidak seperti di Afrika, di Finlandia kau tidak akan cepat haus. Tidak peduli seberapa lama kau puasa, kau tidak terlalu ingin minum,” kata dia.(fq/vv/aby)