Nama Ayyan Hirsi Ali, masih lekat dalam ingatan warga Muslim Belanda. Namun bukan karena kebaikan yang dilakukannya, tapi karena pernyataan-pernyataan kontroversial Hirsi Ali tentang Islam.
Setahun sudah Hirsi Ali, yang pernah menjadi anggota parlemen Belanda, meninggalkan negeri Kincir Angin, karena kebohongannya terungkap. Warga Muslim Belanda menyatakan kehidupan mereka kini lebih baik tanpa kehadiran Hirsi Ali.
"Saya senang Hirsi Ali sudah pergi, " kata Nermin Altintas, warga Muslim yang mengelola pusat pendidikan bagi kaum perempuan imigran.
"Sekarang, suasananya lebih tenang, tidak terlalu ekstrim dan ketegangan sudah mereda, " sambungnya.
Banyak Muslimah di Belanda yang mengecam pandangan-pandangan Hirsi Ali tentang perempuan dalam Islam. Muslimah kelahiran Somalia itu mengatakan bahwa Islam menindas kaum perempuan.
Famile Arslan-muslimah kelahiran Turki-menyatakan tidak sepakat dengan pandangan Hirsi Ali. "Saya memang dibatasi oleh budaya laki-laki dan latar belakang saya sebagai migran, tapi Anda tidak bisa menggunakan Islam sebagai alasan. Saya mengalami hal-hal yang sangat positif tentang Islam, " ujarnya.
Suzan Yucel, mahasiswi di Eidhoven sependapat dengan Arslan. Ia menilai Hirsi Ali sudah mencampuradukkan antara budaya dengan agama. "Islam diinterpretasikan oleh banyak orang dan di Turki interpretasi tentang Islam sangat berbeda dengan di Somalia, " tukas Yucel.
Altintas menyatakan tidak setuju dengan pernyataan Hirsi Ali bahwa Islam menutup-nutupi kekerasan terhadap perempuan. "Pernyataannya tentang Islam sangat buruk. Saya punya banyak pengalaman yang sangat berbeda, sebagai orang yang berasal dari latar belakang budaya Turki, " imbuhnya.
Bagi sebagian besar Muslim Belanda, pernyataan-pernyataan Hirsi Ali sudah menyebabkan hubungan antara Muslim dan non-Muslim di negeri itu menjadi terganggu, satu hal yang jarang terjadi sebelumnya.
"Kami bekerja selama 10, 15, 20 tahun untuk emansipasi bagi kaum perempuan, dan dia (Hirsi) telah mencuri kehormatan yang seharusnya kami dapatkan sebagai gerakan akar rumput yang sedang berupaya melakukan perubahan, " ujar Arslan.
"Jika dia ingin berkampanye menentang kekerasan terhadap perempuan, seharusnya dia tidak menulis ayat-ayat al-quran di badan, karena tindakan itu justru dianggap buruk bagi kaum perempuan yang religius, kaum yang diklaim Hirsi sedang ia bela, " tambah Altintas.
Hirsi Ali kini tinggal di AS. Ia meninggalkan Belanda setelah mengakui bahwa dia telah berbohong tentang nama aslinya dan statusnya sebagai pengungsi ketika tiba di Belanda pada tahun 1992. Hirsi berbohong demi mendapatkan suaka dari Negeri Kincir Angin itu.
Di Belanda, Hirsi berhasil menjadi anggota parlemen dan namanya menjadi populer karena pernyataan-pernyataannya yang menyerang Islam. Ia juga mengaku kabur dari keluarganya di Somalia untuk menghindari pelecehan dan kawin paksa.
Hirsi membuat dua film dokumenter yang menuai kecaman dari warga Muslim. Salah satu filmnya yang kontroversial berjudul "Submission." Hirsi menggambarkan Islam yang menindas perempuan dalam film tersebut. Film ini jugalah yang memicu kemarahan hampir satu juta warga Muslim Belanda, dan mengakibatkan pembunuhan terhadap Theo Van Gogh, sutradara film tersebut.
Film dokumenter itu menampilkan adegan aktris perempuan, dengan tubuh telanjang dan hanya ditutupi dengan kain tipis sedang berdoa pada Tuhan karena kekerasan yang dialaminya. Dalam adegan lain bahkan diperlihatkan sejumlah perempuan tanpa busana dan di tubuhnya dituliskan ayat-ayat Al-Quran. Warga Muslim Belanda menuding film itu telah "sangat melecehkan Islam." (ln/iol)