Otoritas bandara AS, lagi-lagi melakukan tindakan yang tak menyenangkan terhadap seorang Muslim. Kali ini korbannya adalah Munir El-Kassem, direktur sekolah kedokteran yang juga seorang ulama asal Kanada.
Direktur University of Western Ontario’s Schulich School of Medicine and Dentistry itu, pada situs Canada News, Kamis (7/6) mengaku merasa diintimidasi oleh pihak bandara di Detroit, AS.
Peristiwanya terjadi pada tanggal 5 Mei kemarin. Ketika itu, pesawat yang ditumpanginya sedang transit di bandara Detroit, dalam perjalanan dari Quebec City ke Milwaukee, Wisconsin. Pihak bandara tiba-tiba saja menyuruhnya turun pesawat, mengambil sidik jari dan menginterogasinya selama berjam-jam.
Situasinya makin buruk ketika El-Kassem mengatakan pada aparat bandara bahwa tujuan perjalannya adalah memberikan ceramah tentang Islam dalam sebuah konferensi antar agama. Ia kemudian dibawa ke sebuah ruangan khusus dan selama empat jam dihujani pertanyaan-pertanyaan mulai tentang keluarganya di Kanada dan pertanyaan apakah dia pernah bertemu dengan Usamah bin Ladin atau dengan Saddam Hussein. Muslim Kanada kelahiran Libanon itu juga ditanya siapa yang dia cintai, "Tuhan atau Allah."
Pada Canada News El-Kassem mengatakan, saat dirinya diinterogasi, ia tidak berhenti memikirkan Maher Arar, seorang teknisi berkewarganegaraan Kanada dan Suriah yang ditangkap di bandara John F. Kennedy, New York pada tahun 2002. Arar ditangkap tanpa alasan yang jelas, dalam perjalanan menuju Tunisia untuk mengunjungi keluarga isterinya
Oleh pemerintah AS, Arar diterbangkan ke Yordania, kemudian ke Suriah di mana ia ditahan selama 10 bulan di negara asalnya itu. Arar dibebaskan dan dikembalikan ke Kanada, setelah para pejabat Suriah menyatakan bahwa Arar tidak terkait dengan terorisme.
El-Kassem menyatakan sangat marah karena telah diperlakukan sewenang-wenang. Tapi ia tak kuasa melawan dan hanya berharap peristiwa buruk itu tidak terulang lagi padanya atau pada orang lain hanya karena dia seorang Muslim.
Pihak Departemen Perbatasan dan Bea Cukai AS (CBP) ketika dikonfirmasi tentang kasus ini hanya mengatakan bahwa penahanan terhadap El-Kassem hanya "inspeksi" biasa. CBP menolak menjawab mengapa El-Kassem diinterogasi.
"Beberapa orang berpikir bahwa itu adalah penahanan, padalah cuma inspeksi. Siapa pun yang masuk ke AS harus diperiksa, " kata juru bicara CBP Ron Smith.
Kasus seperti yang dialami El-Kassem bukan yang pertama. Beberapa waktu lalu enam orang Imam Muslim juga diminta turun dari pesawat, tangan diborgol dan ditahan di bandara AS untuk diinterogasi.
Presiden Islamic Centre di Barat Daya Ontario Muhammad Yassin mengatakan, warga Muslim yang ingin berpergian ke AS kerap merasa takut mendapat perlakuan seperti itu. "Ketika saya sendiri bepergian ke negara bagian lain, saya khawatir meski saya sebersih salju, " ujar Yassin.
Tindakan otoritas bandara AS membuat anggota parlemen Kanada berang. Matthysen menegaskan, pemerintah AS tidak tidak bisa memperlakukan warga negara mereka dengan cara seperti itu.
Mereka mendesak pemerintah agar menindaklanjuti kasus El-Kassem.
Kelompok oposisi Partai Demokratik Baru minta agar kasus tersebut diselidiki dan mendesak pemerintah AS untuk minta maaf. Menurut ketua partai itu Jack Layton, pemerintah Kanada harus melakukan sesuatu untuk mencegah warga negara nya dilecehkan di perbatasan AS.(ln/iol)