Warga Arab dan Muslim Amerika menuding Presiden George W. Bush kembali merusak citra AS di mata dunia, karena sudah mendukung pertumpahan darah yang dilakukan Israel di Libanon dan terus menerus menerapkan kebijakan luar negeri yang tidak adil.
"Sekali lagi, imej dan kepentingan AS di dunia dirusak oleh dukungan sepihak AS terhadap tindakan Israel," kata Ibrahim Hooper, juru bicara Council on American-Islamic Relations (CAIR).
Ia mengajak warga Muslim Amerika dan siapapun yang memiliki hati nurani untuk menghubungi sejumlah para pejabat pemerintah yang mereka pilih, dan menyampaikan pada mereka tentang kebijakan luar negeri AS yang tidak adil terhadap persoalan Timur Tengah, yang didorong oleh kepentingan AS dan bukan kepentingan Israel.
Seperti diketahui, pada Minggu (16/7), Bush mengatakan bahwa Israel ‘punya hak’ untuk membela diri dari kelompok pejuang Hizbullah di Libanon. Himbauan-himbauan AS agar pertikaian dihentikan, cenderung membela kepentingan Israel dan memojokkan posisi Hizbullah.
Sebelumnya, awal minggu lalu, koalisi sebelas organisasi Muslim di AS juga mengeluarkan seruan pada Bush untuk mengecam keras serangan Israel ke Gaza,dan kerusakan-kerusakan infrastruktur di Palestina akibat serangan Israel dinyatakan sebagai ‘kejahatan perang.’
Desakan agar pemerintah Bush secara aktif melakukan lobi untuk menghentikan situasi kacau di Libanon, juga dilontarkan oleh Direktur American Islamic Congress, Zainab al-Suwaiji.
"Kebijakan AS seharusnya untuk menghentikan kekerasan dan memulai periode pemecahan persoalan lewat negosiasi," katanya.
Organisasi Komite Anti Diskriminasi Arab Amerika bahkan sudah mengumumkan aksi unjuk rasa di depan Gedung Putih untuk memprotes serangan Israel ke Libanon.
Di Libanon, PM Menteri Fuad Siniora mengeluarkan pernyataan bahwa Libanon kini menjadi ‘zona bencana’ dan meminta bantuan internasional. Sementara Menteri Keuangan Libanon, Jihad Azur mengatakan, kerusakan massal akibat serangan Israel telah menyebabkan keguncangan ekonomi negaranya dan telah menimbulkan kerugian lebih dari setengah milyar dollar.
Diperkirakan, saat ini ada 25 ribu warga negara AS di Libanon. Kebanyakan mereka memegang kewarganegaraan ganda. Arab American Institute (AAI) yang mewakili kebijakan dan komunitas Arab Amerika mengungkapkan, 40 persen dari 3,5 juta warga Arab Amerika adalah keturunan Libanon.
Dalam situsnya, AAI menampilkan foto-foto warga Arab Amerika, termasuk anak-anak yang sedang berkunjung atau berlibur ke Libanon dan terperangkap oleh serangan Israel ke negeri itu.
Presiden AAI, James Zogby pesimis sejumlah warga yang masih terperangkap di sana bisa keluar Libanon. "Mereka tidak bisa pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk keluar dari sana," katanya.
Pemerintah AS sudah menyewa sebuah kapal pesiar yang mampu mengangkut 750 penumpang tiap lima jam untuk mengevakuasi warganya ke Ciprus. Evakuasi sudah dilakukan sejak Selasa (18/7) kemarin dengan kawalan kapal perusak milik AS.
Menurut militer AS, beberapa helikopter juga sudah membawa 64 warga Amerika dari Beirut selama dua hari belakangan ini. Namun tidak merinci apakah warga yang mereka angkut adalah para turis, pegawai kedutaan besar AS atau warga yang memiliki dua kewarganegaraan. (ln/iol)