Komunitas Muslim di AS menentang rencana anggota Kongres Peter King yang akan menggelar rapat dengar pendapat kedua kalinya, untuk membahas apa yang ia sebut sebagai radikalisasi di kalangan Muslim Amerika.
Sejumlah aktivis dan organisasi muslim di AS, pada Selasa (14/6) sudah melakukan pertemuan di Islamic Center Long Island untuk menyusun agenda protes terhadap rencana King itu. Salah satu ketua Muslim Peace Coalition Committee di New York, Dr. Syaikh Ubadik mengatakan, daripada memberikan publisitas gratis atas rencana King, organisasi-organisasi keagamaan akan menggelar diskusi di tingkat komunitas.
Sejak King menggelar rapat dengar pendapat pertama tentang radikalisasi Islam, Ubaid aktif mengecam tindakan King. Ia mengatakan, rapat dengar pendapat yang digagas King tidak membawa manfaat dan hanya akan menimbulkan bahaya. Ubaid mengungkapkan, ide King itu telah memicu aksi-aksi kekerasan antar kelompok tahanan di dalam penjara, dan menimbulkan pertanyaan mengapa King hanya tahanan muslim yang menjadi target ide King.
"Apa sih motivasi dari rapat dengar pendapat itu. Hal semacam ini tidak akan membuat negeri ini jadi lebih aman, tapi hanya akan memicu stereotip dan memperluasa polarisasi di masyarakat," tukas Syaikh Ubaid.
King yang mengetuai Komite Keamanan Dalam Negeri di Kongres AS memfokuskan agenda rapat dengar pendapat pada masalah radikalisasi di penjara-penjara AS. Ia berencana untuk memanggil sejumlah pakar hukum untuk memberikan testimoni tentang adanya perekrutan teroris di kalangan tahanan dalam penjara.
"Ini keprihatinan yang nyata, isu yang nyata. Sayang sekali banyak orang yang membantahnya. Al-Qaida sedang berusaha untuk merekrut teroris di negara kita, ini adalah fakta yang tidak bisa kita sembunyikan," ujar King.
Organisasi muslim bekerja sama dengan gerakan sipil dan organisasi keagamaan lainnya membentuk koalisi Long island Neighbors for American Values untuk menentang ide-ide King.
Imam Isa Abdul Karim yang bekerja sebagai pembimbing rohani di penjara Long Islanda mengatakan menolak pernyataan King yang mengatakan bahwa muslim Amerika tidak bisa bekerja sama dengan aparat penegak hukum.
"Jika kami menemukan siapa saja dalam komunitas kami yang melakukan tindakan terorisme, saat itu juga polisi datang, kasusnya ditangani dan itu artinya satu orang teroris berkurang," tukas Imam Abdul Karim. (kw/LIPress)