Sekitar 8,4 juta rakyat Afghanistan terancam kelaparan akibat krisis pangan global dan masim panas yang kering di negeri itu. Ancaman kelaparan ini menurut lembaga think-tank Royal United Services Institute (RUSI) bahkan lebih berbahaya dari ancaman Taliban.
"Saat mata dunia terfokus pada aksi-aksi kekerasan yang makin meningkat di Afghanistan, dipekirakan 8,4 juta rakyat negeri itu, mungkin sepertiga dari jumlah penduduk Afghanistan, saat ini sedang menderita "ketidakamanan pangan" yang kronis," kata Paul Smyth, salah seorang analis di RUSI dalam pernyataannya.
"Apapun dampak dari kekerasan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata terhadap misi PBB di Afghanistan, ancaman kelaparan dan gizi buruk yang makin meluas akan menjadi kendala yang berat dalam upaya membangun kembali negeri itu," sambung Smyth.
Oleh sebab itu, tegas Smith, dunia internasional harus bekerja sama, tepat waktu dan efektif untuk menjaga kredibilitas dan moral dalam upaya membantu rakyat Afghanistan. Jika tidak, akan terjadi bencana kemanusiaan yang sudah hampir tujuh tahun ini dijajah oleh pasukan asing pimpinan AS.
Lembaga amal Oxfam yang berbasis di Inggris, awal tahun kemarin juga mengingatkan akan ancaman kelaparan di Afghanistan. Menurut lembaga itu, lima juta rakyat Afghanistan menghadapi ancaman kekurangan bahan makanan.
Untuk mengantisipasi bahaya kelaparan, perwakilan khusus PBB di Afghanistan sudah meminta pada pimpinan kelompok bersenjata di negeri itu untuk mengizinkan para pekerja kemanusiaan mendistribusikan makanan selama musim dingin ini.
Sejak invasi AS ke Afghanistan tahun 2001, negara itu tak henti dilanda konflik dan pertumpahan darah. Kelompok Taliban melakukan perlawanan sengit atas keberadaan pasukan asing di negaranya. (ln/aby)