Museum Irak Dibuka, Ribuan Khazanah Sejarah Kembali Dipamerkan

Baghdad, Setelah ditutup selama hampir enam tahun lamanya akibat invasi Amerika serta penjarahan dan perusakan warga, Museum Nasional Irak (al-Mathaf al-Wathani al-Iraqi) kini kembali dibuka untuk umum.

Acara pembukaan museum terbesar di negeri 1001 malam itu dilangsungkan Senin (23/2) kemarin, dan secara resmi dibuka oleh PM Irak Nouri Al-Maliki. Turut hadir dalam acara tersebut beberapa pejabat tinggi negara Irak, duta besar negara sahabat, arkeolog, budayawan, kolektor, dan wartawan internasional.

Dalam sambutannya, atas nama rakyat Irak dan pecinta peradaban, Al-Maliki mengungkapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah berusaha keras untuk menghidupkan kembali Museum Irak sehingga kini dapat dinikmati kembali oleh publik umum.

"Kami atas nama rakyat Irak juga berterimakasih kepada semua pihak internasional yang telah membantu mengembalikan barang-barang museum Irak yang sempat dicuri," ungkap Maliki sebagaimana dilansir harian Irak as-Shabah (23/2).

Al-Maliki juga menyerukan kepada semua pihak untuk dapat membantu Irak agar kembali menjadi negeri sejarah peradaban dan kiblat bagi para peneliti dan arkeolog.

Sementara itu, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Irak Qahthan al-Jaburi menyatakan, sepanjang enam tahun pihaknya telah mengerahkan segala usaha untuk mengembalikan ribuan benda-benda berharga koleksi Museum Irak yang hilang dijarah dan dijual.

"Sepanjang rentan waktu itu kami terus memburu benda-benda berharga yang dijarah musuh peradaban itu," ungkapnya sebagaimana dilansir Aljazeera (23/2).

Beberapa saat setelah jatuhnya Badhdad oleh Invasi Amerika pada April 2003 lalu, belasan penjarah menyerbu masuk ke lantai dasar Museum Nasional Irak dan mengambil berbagai koleksi barang antik yang dipajang di sana.

Barang-barang antik, yang beberapa di antaranya berasal peradaban Mesopotamia yang telah berusia ribuan tahun, lenyap dijarah warga Irak. Beberapa koleksi lain, seperti artefak dan patung, tampak tercecer di lantai dalam keadaan yang tidak utuh lagi. Kantor para staf museum pun ditinggalkan dalam keadaan rusak.

Deputi Direktur Museum Nasional Irak Nabhal Amin mengatakan jika barang museum yang dijarah dan dirusak mencapai 170.000 koleksi. Kerugian yang diakibatkan kejahatan ini bernilai miliaran dollar AS. Peristiwa ini juga dicatat sebagai salah satu kejahatan purbakala terburuk di awal abad ke-21.

Dari sekian ratus ribu jumlah koleksi yang hilang, hanya seperempatnya saja yang kini berhasil dikembalikan. Kementrian kebudayaan dan pariwisata sendiri hanya berhasil memboyong kembali 11.000 koleksi saja.

Irak memiliki kekayaan peradaban yang demikian menyihir. Irak adalah tempat lahirnya peradaban-peradaban dunia tertua, dan merupakan rumah dari kota-kota kuno Mesopotamia, Persia, dan juga Islam, seperti Babilonia, Ur, Niniveh, Csetiphon, Selucia, dan Baghdad, yang termasuk salah satu dari warisan arkeologi terlengkap di dunia.

Pada masa Islam, Irak (Baghdad) menjadi ibu kota kekhalifahan Abbasiyyah yang legendaris, sekaligus menjadi jantung peradaban dan ilmu pengetahuan sejagat. Baghdad tersohor ke segenap penjuru. Darinya lahir ratusan ilmuwan-raksasa dari pelbagai cawangan ilmu. Tak mengherankan jika ribuan manusia dari pelbagai pelosok dunia berbondong-bondong menuju Baghdad untuk mengais ilmu, atau sekedar bertamasya menyaksikan kemegahan kota seribu satu legenda itu.

Museum Nasional Irak sendiri didirikan pada tahun 1923. Pada mulanya, bangunan museum terletak di bilangan al-Qasyallah, Baghdad Tengah. Namun, empat tahun kemudian dipindahkan ke bilangan al-Ma’mun di bagian Barat Baghdad. Pada tahun 1966, bangunan museum kembali dipindahkan ke bilangan al-Alawi hingga sekarang ini.

Museum tersebut memiliki banyak koleksi barang antik, termasuk salah satunya adalah kecapi perak dari Ur yang berusia 4.000 tahun, barang-barang pada masa Nabi Ibrahim hingga masa keemasan peradaban Islam.

Tak berlebihan jika museum Irak dikatakan sebagai salah satu museum terpenting dunia, sebagaimana dikatakan oleh Menteri Budaya dan Pariwisata Irak Qahthan al-Jaburi.

"Dan dengan penuh keluhuran dan kehormatan, hari ini, kita tengah kembali membuka salah satu museum terpenting di Timur tengah, dan juga sumber peradaan dan pengetahuan manusia," ungkap al-Jaburi. (atj cairo/berbagaisumber)