Bagi warga Muslim Ceko, Muhammad Ali Shilhavi ibarat jembatan bagi dua generasi muslim di negara yang terletak di Eropa Tengah itu. Shilhavi menjadi saksi hidup perkembangan warga Muslim di Ceko.
Itulah yang dikatakan Kepala Wakaf Islam Munib Al-Rawi tentang Shilhavi yang kini berusia 90 tahun. "Dia telah memikul tanggung jawab untuk mendokumentasikan kehadiran warga Muslim di wilayah Cekoslowakia ini sejak Perang Dunia II, " kata Al-Rawi.
Shilhavi lahir di desa Trebic pada 17 November 1917. Ia pertama kali mengenak Islam saat masih duduk di kelas dua sekolah menengah pertama. "Saya membaca terjemahan al-Aquran di sebuah perpustakaan, " ujar Shilhavi membuka kisah awal perkenalannya dengan Islam.
Setelah membaca terjemahan al-Quran, tanpa pikir panjang ia membeli sebuah al-Quran. "Pedagangnya berpikir bahwa ia salah membeli buku, karena pada saat itu kebanyakan orang di sini tidak tahu apa-apa tentang Islam dan Muslim, " katanya sambil tertawa.
Pada tahun 1934, Shilhavy merasakan minatnya yang tinggi terhadap agama yang baru dikenalnya ini. Berdirinya organisasi Al-Gamaa al-Islamiya di Cekoslowakia ketika itu, menjadi titik perubahan bagi hidupnya.
Shilhavi ikut kegiatan organisasi itu sampai akhirnya memutuskan masuk Islam pada tahun 1937, pada usia 20 tahun dan menggantu nama depannya dengan Muhammad Ali.
Setahun setelah masuk Islam ia berangkat ke Mesir dan belajar di Universitas Al-Azhar. Tapi, ia tidak lama belajar di Mesir karena harus kembali ke Cekoslowakia, setelah pasukan Nazi menduduki negara itu pada tahun 1938. Shilhavi khawatir dengan keselamatan keluarganya.
Ketika ia ingin kembali ke Mesir untuk melanjutkan studinya, pasukan Jerman tidak memberi izin. Akhirnya ia mendaftarkan diri ke universitas Brno di kotanya, mengambil jurusan kimia.
Meski hidup di tengah ajaran komunisme, Shilhavi terus membangun dirinya sebagai seorang muslim dan membesarkan kedua puterinya dengan ajaran-ajaran Islam. Rumahnya, mirip dengan musholla dengan hiasan-hiasan Islami.
Warga Muslim di Ceko sepatutnya berterima kasih pada Shilhavi, karena ia lah yang memperjuangkan agar negara mengakui agama Islam. Pada tahun 1990, Shilhavi menulis surat pada pemerintah Cekoslowakia, meminta agar pemerintah mengakui agama Islam.
Pada tahun 1991, ia mengaktifkan kembali organisasi Al-Gamaa al-Islamiya dan pada tahun 1992, Shilhavi dipilih menjadi ketua Persatuan Islam di Prague. Ia melakukan reformasi di tubuh Persatuan Islam, ketika penguasa komunis runtuh dan Cekoslowakia dibagi dua menjadi Republik Ceko dan Republik Slovakia pada Januari 1993.
Setelah itu Shilhavi memperjuangkan pembangunan masjid dan berhasil mendapatkan izin dari pemerintah untuk mendirikan masjid pertama di Brno pada tahun 1998. Shilhavi juga berjasa dalam menerjemahkan banyak buku-buku Islam ke bahasa Ceko.
Saat ini ada sekitar 50. 000 warga Muslim di Ceko. Mereka memiliki dua masjid besar yaitu di Prague dan Brno. Pada tahun 2004, pemerintah Ceko secara resmi mengakui agama Islam di negeri itu. (ln/iol)