Di tengah semakin tidak populernya Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas, justru Presiden Mesir Hosni Mubarak, berusah keras agar Abbas, menguasai kembali Gaza. Abbas yang memimpin al-Fatah mengalami kekalahan yang telak oleh Hamas, melalui pemilu yang berlangsung Januari, 2006, lalu.
Maka, secara de facto Abbas dan al-Fatah sudah kehilangan pengaruh kekuasaannya di Gaza. Namun, Mubarak yang merupakan ‘proxy’ (tangan) Israel berusaha keras mengembalikan posisi Abbas di Gaza. Ini merupakan skenario yang buruk bagi masa depan rakyat Palestina, dan akan menciptakan perpecahan yang lebih dalam.
Dalam lawatannya ke Istambul (Turki), dan bertemu dengan Presiden Turki Abdullah Gul, secara tandas, Hosni Mubarak, ingin mendapatkan dukungan Turki, agar Mahmud Abbas memegang kendali atas Gaza. Gagasan Mubarak ini, mencerminkan pandangan Israel dan AS. Tujuannya menggusur pemerintahan Ismail Haniyah, yang secara de jure dan de facto menguasai Gaza. Dalam pertemuan dengan Abdullah Gul, secara tegas Hosni Mubarak, menginginkan kembalinya Abbas. “Saya telah menekankan pentingnya PLO untuk mempertahankan posisinya yang bersejarah”, kata Mubarak. Selanjutnya Presiden Mesir itu menambahkan : “Ini adalah satu-satunya organisasi, yang syah secara hukum mewakili rakyat Palestina”, tambahnya.
Turki mendukung ide Mubarak, tapi Abdullah Gul, juga menegaskan pentingnya diakui eksistensi Hamas, sebagai entitas politik, yang sudah memenangkan pemilu di Palestina. Gul, menginginkan setiap proses politik yang terjadi di Palestina harus tetap melibatkan Hamas. Tidak mungkin Hamas, dikesampingkan, dan tidak dilibatkan dalam setiap proses politik, yang sekarang ini mempunyai posisi penting di Gaza.
Presiden Mubarak yang melakukan lawatan ke Turki, tak lama sesudah terjadinya peristiwa yang menggemparkan dunia, di mana Perdana Menteri Turki, yang dengan keras mengkritik Presiden Israel, Shimon Peres, di dalam pertemuan Forum Ekonomi Global, di Davos (Swiss), dan Erdogan menyatakan di depan forum itu, : “Israel pembunuh”. Kemudian, Erdogan meninggalkan pertemuan, karena merasa pertemuan itu tidak adil, dan hanya memberikan kesempatan kepada Presiden Israel, Shimon Peres, berbicara dan membela Israel oleh moderator David R.Ignatius, wartawan The Washington Post.
Nampaknya, pemimpin Mesir, Hosni Mubarak, yang merupakan sekutu AS dan Israel, ingin agar Turki mendukung rencana damai Mesir, yang sebenarnya tak lebih, merupakan paket dari Israel dan AS, yang ingin menciptakan zone keamanan bagi Israel, dan melikwidasi pemerintahan Hamas, dan mendudukan kembali sekutu Israel, yaitu Presiden Mahmud Abbas. (m/pic)