"Mubarak tak akan pernah mati." Begitulah yang terjadi di Mesir. Di negeri ini, sangat dilarang membicarakan kehidupan sang presiden. Hosni Mubarak, orang yang dimaksud, berusia 81 tahun pekan kemarin dan menjadi orang paling lama yang terlibat dalam sejarah politik Mesir. Pekan ini, ia dijadwalkan bertemu dengan perdana menteri Israel, Benyamin Netanyahu di Laut Merah, tepatnya di Sharm e-Sheikh. ia juga, bulan ini, akan menenmui Barack Obama di Washinton.
Mubarak telah memerintah Mesir selama 28 tahun. Putranya, Gamal, dipercaya akan mengisi pos Mubarak setelah pensiun. Bagaimanakah rakyat Mesir menerima hal itu?
"Jika Gamal Mubarak menjadi presiden, saya tak akan khawatir karena ia tentu saja akan mengikuti jejak ayahnya.’ ujar Sally Mahmoud, guru bahasa yang berusia 23 tahun di Kairo. "Selama hubungan Mesir bagus dengan AS, tak akan ada masalah. Siapa bisa menyangkal kalau AS lah yang menguasai dunia?"
Sally Mahmoud tampaknya mewakili gambaran rakyat Mesir kebanyakan. Di Mesir, pekerja digaji sangat rendah dan kemiskinan juga banyak dimana-mana, namun hal itu tak menjadi begitu masalah agi Sally. "Yang harus dilakukan oleh negara adalah menjaga hubungan baik dengan AS dan Israel. dan Mubarak telah melindungi Mesir dari bahaya apapun." tambah Sally. "Lagi pula, penjahat yang kelihatan, lebih baik daripada yang tidak terlihat."
Sally Mahmoud tidak sendirian. Hisham oraby, pengusaha berumur 27 tahun, tak keberatan jika Gamala Mubarak akhirnya menjadi presiden. "Itu hanya soal waktu saja bagi Gamal untuk meneruskan posisi ayahnya. Biar saja tak ada demokrasi di negeri ini, tapi juga jangan pernah ada perang."
Jelas sekali, Mesir tengah menuju sebuah negara monarki. Inilah yang juga ditakutkan oleh sebagian rakyatnya."Kami ingin pemimpin baru." ujar Hisham Yousef, seorang pemilik kios buku. "Rakyat Mesir sudah bosan dengan kondisi ekonomi dan tekanan kemiskinan. Tapi, Partai Nasional Demokratik masih memerintah. Siapapun tak akan menang jika mereka masih memerintah.’
Hanaa, 42 tahun, mengharapkan ada orang lain yang bisa mengganti Mubarak. "Situasinya sekarang sulit. Kita semua harus terbuka, tak ada pekerjaan, tak ada uang. Kita tidak bisa bertahan hidup seperti ini." Mahmoud Azeem mengatakan akan jadi bencana jika Gamal mewarisi kursi presiden dari ayahnya.
Pemilu Mesir akan dilaksanakan pada 2010. Dari sekitar 80 juta penduduknya, rakyat Mesir telah dibungkam. Sementara, mereka yang hidup berkecukupan, sudah merasa cukup, tak lagi terpupuk rasa empati dalam diri mereka pada persoalan umat Muslim lainnya di dunia. Mesir merupakan gambaran orang Arab kebanyakan sekarang ini; asal mereka selamat, maka mereka akan menyetujui apapun yang disodorkan kepada mereka. Kontras dengan kondisi yang selalu disebar-luaskan bahwa setiap kali Ramadhan, Al-Quran berdengung di seantero negeri. Cuma apa artinya jika tak pernah peduli pada urusan umat, bahkan sekadar melongokkan kepala ke Palestina yang sekarang diskenario menjadi dua negara? Mubarak dan rakyatnya, telah membuat Mesir menghadapi masa depan yang suram. (sa/jp)