Mubarak Bertemu Obama dan Pemimpin Yahudi

Presiden Mesir Hosni Mubarak melakukan kunjungan ke Washington, dan ini kunjungan pertamanya selama hampir lima tahun terakhir, sejak mandeknya hubungan Cairo-Washington, akibat kebijakan Presiden Bush. Dalam kunjungannya itu, dijadwalkan Mubarak akan bertemu dengan Presiden Barack Obama dan sejumlah pemimpin Yahudi AS.

Pemerintah Obama siap memperbaiki hubungannya dengan Mesir, dan pemimpin baru AS itu, telah melakukan lawatannya ke Cairo, sesudah bertemu dengan Raja Arab Saudi, Abdullah, Juni lalu. Menurut harian Al-Ahram, yang menyebutkan rencana kunjungan Mubarak itu, bertujuan ingin memperbaiki kembali hubungannya dengan Washington, yang sempat agak memburuk. Dan, para pejabat Mesir, menginginkan diperbaiki kembali hubungan bilateral dengan Washington. Menurut Al-Ahram akan terjadi perubahan hubungan bilateral yang signifikan hubungan bilateral antara kedua negara.

Sementara itu, fihak Washington menginginkan Mesir lebih terbuka kepada kelompok agama lainnya, termasuk Kristen Koptik dan Yahudi, yang merupakan kelompok minoritas di Mesir. Washington, tampaknya begitu antusias mendorong proses demokrasi di Mesir. Karena, jika demokrasi ini berlangsung di Mesir, berarti Washington akan kehilangan sekutunya utama. Karena, pemerintah Mesir yang dikausai militer, dari sejak dulu telah melangsungkan tindakan otoriter. Dan, kelompok ini telah memainkan peranan penting dalam menjaga kepentingan AS dan Israel di Timur Tengah.

Sementara itu, pertemuan dengan para tokoh Yahudi di AS itu, tak lain adanya keinginan dari para pemimpin Yahudi AS, agar Mesir dalam satu barisan koalisi menghadapi ancaman nuklir  Iran dan kelompok Hamas, yang dianggap menjadi ancaman riil di Timur Tengah. Dan, para pemimpin Yahudi AS, akan menuntut Mesir membebaskan Kopral Gilad Shalid, yang sekarang masih ditahan pihak Hamas.

Sampai saat ini pemerintah Mesir gagal mengeleminir kekutan Hamas, dan mencoba dengan mendudukan pemerintahan nasional, yang tujuannnya menyingkirkan Hamas. Padahal, Hamas mendapatkan dukungan riil Palestina, yang memenangkan pemilu secara mutlak (60 persen) Januari 2006, sehingga menyingkirkan kelompok Al-Fatah, yang sudah berkuasa di wilayah.

Kunjungan Mubarak itu, hanya ingin mendapatkan dukungan AS, dan akan dimanfaatkan Obama untuk menekan Hamas, serta digunakan Israel untuk melawan kekuatan Hamas. Karena, Hamas betatapun telah menjadi ancaman terhadap situasi keaman. Padahal, sejatinya yang menjadi ancaman tak lain, adalah Israel dan AS, yang terus mendukung penjajahan di kawasan itu. Dan, Mesir akan menjadi salah satu tulang punggun pendukung Israel di kawasan itu.

Menurut ahli Timur Tengah, Tamara Wittes, yang berbasis di Washington, memperingatkan Hosni Mubarak, yang sekarang ini menghadapi tantangan besar dari anggaota Konggres. “Banyak anggota Konggres yang sangat skeptic tentang kerjasama antara Cairo dan Washington, yang sudah melakukan penggolontoran bantuan dan pinjaman senilai 2 milyar dolar setiap tahunnya”, ucap Tamara. Dan, sejumlah kalangan anggota Kongres yang mempertanyakan penggunaan dana bantuan itu. “Apakah sampai ke rakyat miskin di Mesir?”, tanya mereka.

Mubarak mestinya akan bertemu dengan Benyamin Netanyahu dan Mahmud Abbas, beberapa waktu yang lalu, namun cucu Mubarak meninggal, dan kemudian menunda pertemuan itu. (m/wb)