Invasi militer Israel ke Jalur Ghaza hari Rabu (1/11) dinilai pengamat mempunyai misi tertentu, yaitu menekan Palestina agar segera menyepakati pembicaraan soal pembebasan Ghilad Shalit. Serangan yang menewaskan 7 orang sipil Palestina dan 1 orang tentara Israel itu didukung puluhan tank yang menduduki seluruh sudut kota Beit Hanun, Ghaza.
Dalam pembicaraan khusus dengan Islamonline, Imad Ifrinji, penulis sekaligus pengamat politik Palestina mengatakan, “Serangan Israel itu diprediksi akan semakin intensif seiring mendekatnya waktu untuk menetapkan solusi akhir pelepasan sandera Ghilat Shalit. Ini dimaksudkan untuk menekan juru runding Palestina yang tengah melakukan komunikasi dengan mediasi PBB.”
Irfinji menjelaskan pula bahwa, “Tekanan Israel terhadap para juru runding Palestina juga dilakukan dengan pernyataan yang dikeluarkan di samping serangan militer, bahwa semakin lama proses perundingan berarti akan semakin banyak jatuh korban dan besar kerugian Palestina.” Ia menyebutkan dua sebab serangan, yang pertama untuk menekan para pejuang Palestina yang akan semakin sulit menghadapi serangan Israel. Dan kedua, Israel ingin agar sampai akhir fase perundingan itu terjadi serangan militer masih berlaku, dan akhirnya pihak Israel bisa menghindari pertukaran tawanan seperti yang ditawarkan oleh Palestina.
“Israel yakin, waktu tidak berpihak pada keuntungan Palestina dan akan mendukung proyek perang yang kini dijalani Israel yang menghendaki percepatan pembebasan Ghilad,” ujar Ifrinji. Selain itu, melalui serangan ini, Israel ingin pemerintah Palestina pimpinan Hamas akhirnya akan tunduk pada keinginan negara kwartet untuk mengakui eksistensi Israel.
Sementara itu, Ahmad Fayadh, pengamat politik dan pakar masalah Israel, juga mengatakan hal yang sama. “Zionis Israel kini tengah gusar dengan masalah sandera militer mereka. Beberapa waktu lalu, mereka sangat gusar dengan dua sandera militer yang ditahan Hizbullah hingga menyebabkan peperangan besar. Sekarang, masalah serangan Israel ke Beit Hanun, juga memiliki motif yang sama terkait ditawannya seorang kopral Ghilad Shalit oleh pejuang Palestina sejak 25 Juni.” (na-str/iol)