Israel pada bulan Juli lalu, diduga telah mengirim tim khusus ke Suriah untuk melakukan operasi pembunuhan terhadap pemimpin Hamas, Khalid Misyaal yang sedang dalam pengasingan di Damaskus. Namun, tim itu gagal mengeksekusi Misyaal.
Sumber-sumber Hamas mengungkapkan hal tersebut, Rabu (16/8) dan mengaku mendapat informasi tersebut dari ‘agen-agen intelejen Barat.’
Tim yang ditugaskan Israel untuk menjalankan operasi pembunuhan terhadap Misyaal, berasal dari Mossad dan pasukan operasi khusus Israel. Dalam melakukan operasinya, tim tersebut diduga menyamar sebagai sukarelawan organisasi bantuan yang berkunjung ke Suriah untuk membantu para pengungsi di Libanon.
Situs AlJazeera menyebutkan, Misyaal mengetatkan pengamanan pribadinya sejak rencana pembunuhan itu tercium.
Misyaal menjadi sasaran pembunuhan, setelah tudingan wakil perdana menteri Israel Shimon Peres yang menyatakan bahwa pemimpin Hamas itu telah memerintahkan penyerbuan terhadap Israel yang menyebabkan tertawannya Kopral Gilad Shalid, seorang serdadu Israel.
Jika informasi percobaan pembunuhan pada bulan Juli lalu benar, maka Misyaal sudah dua kali lolos dari upaya pembunuhan oleh Israel. Percobaan pembunuhan pertama terjadi pada tahun 1997 ketika Misyaal tinggal di Yordania. Agen-agen Mossad yang menyamar sebagai orang Kanada menyuntikan racun melalui telinga Misyaal ketika Misyaal berada di jalan. Dalam aksi itu, dua agen Israel tertangkap.
Raja Yordania, Raja Hussein meminta obat penawar racun sebagai pertukaran terhadap dua agen Israel yang tertangkap itu. Misyaal menjadi pemimpin Hamas setelah terbunuhnya pemimpin Hamas Syeikh Ahmad Yasin pada 2004 yang juga dilakukan Israel. Misyaal hidup dalam pengasingan karena Israel melarangnya masuk ke wilayah Palestina di Gaza maupun Tepi Barat. (ln/aljz)