Mordechai Vanunu, Mantan Teknisi Nuklir Israel Terancam Masuk Penjara Lagi

Mantan teknisi nuklir Israel Mordechai Vanunu terancam masuk penjara lagi karena dianggap telah melanggar syarat pembebasannya, dengan berbicara pada media asing.

Vanunu bebas bersyarat pada tahun 2004, setelah 18 tahun mendekam di penjara Israel atas tuduhan membocorkan rahasia nuklir Israel pada surat kabar Inggris. Wawancara surat kabar Inggris dengan Vanunu seputar pekerjaannya di reaktor nuklir Israel Dimona, mengungkap rahasia tentang persenjataan nuklir Israel yang selama ini ditutup-tutupi.

Sejak dibebaskan, Vanunu melakukan kampanye perlucutan senjata nuklir Israel. Ia juga membantah tuduhan Israel yang mengatakan bahwa dirinya masih memiliki informasi rahasia tentang nuklir Israel, yang akan dibocorkannya jika ia diizinkan ke luar negeri.

"Apa yang saya inginkan adalah bebas dan meninggalkan negara ini, " kata Vanunu, 52, di depan Pengadilan di Yerusalem, Senin (30/4).

Pengadilan menyatakan Vanunu bersalah telah bersedia diwawancarai oleh sejumlah media selama tiga tahun belakangan ini dan melanggar ketetapan pemerintah yang telah membatasi kontak Vanunu dengan pihak asing. Vanunu dituduh telah mengatakan pada media AS, Inggris dan Prancis bahwa Israel telah membuat bom netron dan hidrogen di reaktor Dimona dan telah memproduksi 40 kilogram plutonium setiap tahunnya. Jumlah itu cukup untuk membuat 10 bom atom.

Dengan adanya tuduhan baru itu, Vanunu bukan hanya terancam masuk penjara lagi, tapi juga makin menyulitkannya untuk keluar dari Israel akibat larangan bepergian yang dikeluarkan pemerintah Israel terhadap Vanunu.

Penentuan hukuman akan digelar pada tanggal 18 Mei mendatang. Sumber-sumber di Kementerian Kehakiman Israel mengatakan bahwa para jaksa bisa menjebloskan Vanunu ke penjara. Sementara kuasa hukum Vanunu mengatakan, kemungkinan kliennya itu akan mengajukan banding.

Jaksa Michel Sfard mengungkapkan, kementerian dalam negeri telah menginformasikannya bahwa larangan ke luar negeri bagi Vanunu diperpanjang sampai April 2008. (ln/arabworldnews)