Orang paling kuat di Gaza, Mohammad Dahlan, mengundurkan diri dari pemerintahan Otoritas Palestina (PA), yang dipimpin Presiden Mahmud Abbas. Sebelumnya, Dahlan adalah Kepala Keamanan, dan orang kepercayaan Arafat dan Mahmud Abbas, yang menangani seluruh keamanan dalam organisasi al-Fatah dan Otoritas Palestina.
Pengundurun Dahlan ini terkaait dengan kegagalan pasukan keamanannya yang loyal kepada Al-Fatah mempertahankan posisinya di Gaza, ketika menghadapi kekuatan Hamas di wilayah itu. Pengunduran tokoh yang berada garda paling depan dalam gerakan militer Al-Fatah, juga terkait dengan agresi militer Israel ke Gaza yang gagal, dan Israel tak dapat meruntuhkan kekuatan Hamas. Dua kali kegagalan yang dialami Fatah ini, menyebabkan Dahlan tidak ada pilihan lain, kecuali mengundurkan diri dari kekuasaan Otoritas Palestina.
Sementara itu, sebuah Komite yang dipimpin Fahmi al-Zaarir, menyampaikan laporan, Jum’at, bahwa puluhan aparat keamanan, yang terdiri pasukan elite Al-Fatah, yang dipecat, karena mereka tidak lagi menunjukkan kemampuannya. Menurut, Komite itu, 60 anggota pasukan Al-Fatah, yang ditangkap dan dipenjara di Gaza, karena mereka memiliki kemampuan yang sangat rendah”, ungkap laporan itu.
“Ketidak hadhiran saya yang lama, karena kesehatan saya. Saya berharap anda menerima surat pengunduran diri ini, sebagai penasehat keamanan nasional. Saya akan selalu loyal kepada anda, dan saya adalah tentara anda”, tulis Dahlan dalam surat yang ditujukkan kepada Abbas.
Pengunduran diri ini, sebagai buntut dari kegagalan pasukan Israel, yang menyerbu ke Gaza, dan selama lima hari pertama serangan, tak mengahasilkan apa-apa, khususnya untuk menghancurkan basis kekuatan militer Hamas. Pasukan Al-Fatah yang bersama-sama dengan tentara Israel, yang ikut menyerbu ke Gaza, justru tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk meruntuhkan kekuatan Hamas. Presiden Mahmud Abbas menyatakan akan memecat pasukan Al-Fatah, yang gagal di Gaza. Namun, menurut Dahlan, menurunnya kemampuan militer Al-Fatah, akibat kekerasan yang terus berlangsung selama beberapa tahun antara Al-Fatah dengan Israel. Sehingga, kemampuan bertempur mereka menurun. Maka, ketika mereka menghadapi Hamas, kekuatan mereka melemah.
Sementara itu, menurut seorang pemimpin Hamas, yang berada di Cairo,menuduh tokoh Al-Fatah, Mohammad Dahlan, terlibat dalam operasi Cast Lead, di mana Israel melakukan agresi militer selama 23 hari ke Gaza. Menurut pemimpin Hamas, saat berlangsungnya serangan militer Israel ke Gaza, Dahlan berada di kota El Arish. Serangan darat Israel itu dimulai dengan pasukan Al-Fatah, yang masuk ke Gaza, melalui pintu di Rafah. Pasukan Al-Fartahlah yang mengarahkan pasukan Israel (IDF) ke sasaran basis militer Hamas. Dalam keterangan lebih lanjut, yang disampaikan pemimpin Hamas itu, pasukan Hamas telah menewaskan 10 orang anggota Fatah, dan ratusan lainnya yang luka, saat berlangsungnya pertempuran di Gaza. Dan, sejumlah anggota Fatah, yang menjadi kolaborator Israel telah ditangkap.
Dahlan, nampaknya tidak mempunya harapan lagi, dan tidak memiliki legitimasi, ketika mengalami dua kali kekalahan. Di mana tahun 2007, pasukan Al-Fatah gagal mempertahankan Gaza dari pasukan Hamas, yang berperang selama empat hari. Sementara itu, Dahlan berharap dengan agresi militer Israel ke Gaza, diharapkan dapat meruntuhkan kekuatan militer Hamas, ternyata Fatah yang sudah bergabung dengan pasukan pertahanan Israel I0F, tak mampu menundukkan Hamas. Maka, pilihannya Dahlan adalah mengundurkan diri. Itulah nasib pengkhianat rakyat Palestina.(m/Hrtz)