Misionaris Kristen Intai Muslim Maroko

Saat ini ada sekitar 800 misionaris Kristen yang beroperasi di Maroko, negara Muslim berbentuk kerajaan yang berada di Afrika Utara. Kelompok-kelompok misionaris itu gencar menyebarkan ajaran agama Kristen di Maroko, mulai dari kelompok misionaris yang bertaraf internasional seperti Partners International dan Cooperative Baptist Fellowship sampai kelompok misionaris kecil dari gereja Baptis dan Pantekosta yang berbasis di AS dan Eropa.

Para misionari itu melakukan Kristenisasi secara terbuka maupun diam-diam dengan berkedok bisnis atau membuka sekolah bahasa. Institusi-institusi misionaris ini biasanya mempekerjakan orang-orang yang bersedia masuk agama Kristen.

Maroko, hampir 99 persen penduduknya beragama Islam dan sisanya yang satu persen terbagi antara penganut Kristen dan penganut agama Yahudi. Sejauh ini, data tidak resmi menyebutkan, pada tahun 2004 tercatat sekitar 1.000 orang di Maroko yang menyatakan diri masuk Kristen.

Seorang misionaris yang mengaku bernama Tyler, anggota Gereja Baptis Ohio mengaku sedang gencar-gencarnya melakukan proyek Kristenisasi di Maroko yang diberi nama Project North Africa. Ia sudah datang ke Maroko sejak tiga tahun lalu untuk melakukan persiapan dengan sejumlah koleganya yang kebanyakan berasal dari Afrika Selatan untuk menjalankan proyek tersebut. Tyler belajar dialek Maroko dan membangun bisnis kecil untuk membiayai misinya itu.

"Tiga tahun yang lalu, saya berdoa tentang kawasan-kawasan di dunia yang belum disentuh ajaran Gospel," kata Tyler mengenang saat pertama kali ia datang ke Maroko.

Kristenisasi yang dilakukan kelompok-kelompok misionaris di negeri-negeri Muslim, sebenarnya sudah menjadi rahasia umum. Terutama di daerah-daerah yang baru terkena bencana alam atau daerah-daerah konflik seperti di Darfur dan di beberapa wilayah Muslim di Irak. Aktivitas para misionaris yang melakukan pemurtadan mendorong sejumlah negara membuat undang-undang anti-pemurtadan atau memicu ketegangan berupa penculikan terhadap tokoh-tokoh misionaris di suatu negara.

Sekretaris Jenderal Dewan Ulama Maroko, yang memegang otoritas tertinggi agama Islam di negeri itu, Mohammad Yussef mengatakan, yang menjadi target utama para misionaris adalah orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang menderita sakit.

Para misionaris di Maroko, kata Yussef, juga berusaha mempengaruhi komunitas Muslim di Maroko dengan menghasut mereka bahwa orang-orang Arab telah memaksa mereka untuk memeluk agama Islam. (ln/iol)