Komunitas Muslim Rohingya di Pakistan telah menggelar unjuk rasa di kota pelabuhan selatan Karachi untuk menunjukkan kemarahan mereka pada kekerasan yang sedang berlangsung di Myanmar.
Pada hari Jumat, para pemrotes mengecam pemerintah Myanmar untuk perannya dalam kekerasan terhadap Muslim Rohingya dan meminta badan-badan internasional untuk menghentikan penganiayaan terhadap umat Islam di negara ini.
800.000 muslim Rohingya dirampas hak-hak kewarganegaraan karena kebijakan diskriminasi hak kewarganegaraan dan membuat mereka sangat rentan terhadap tindak kekerasan dan penganiayaan, pengusiran, dan pemindahan.
Pemerintah Myanmar sejauh ini menolak untuk memberikan kewarganegaraan Rohingya di negara bagian barat Rakhine dari limbo kewarganegaraan mereka, meskipun tekanan internasional untuk memberi mereka status hukum.
Ratusan Rohingya diyakini telah tewas dan ribuan mengungsi akibat serangan terbaru oleh ekstrimis yang menyebut dirinya umat Buddha.
Para ekstremis budha sering menyerang Rohingya dan telah membakar rumah mereka di beberapa desa di Rakhine. Tentara Pasukan Myanmar diduga memberikan wadah bensin untuk membakar rumah-rumah warga Muslim, yang kemudian terpaksa mengungsi.
Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi peraih Nobel juga telah datang dan menunjukkan sikapnya pada kekerasan atas Muslim . Peraih Nobel Perdamaian juga menolak untuk mengecam militer Myanmar untuk penganiayaan terhadap Muslim Rohingya.
Rohingya beragama Muslim , mereka keturunan dari berbagai negeri muslim seperti Turki, Bengali, dan Pathan, yang bermigrasi ke Myanmar pada awal abad ke-8.
Amnesty International dan Human Rights Watch telah mengeluarkan pernyataan terpisah, menyerukan Myanmar untuk mengambil tindakan untuk melindungi penduduk Muslim Rohingya melawan ekstrimis Budha .(Dz/Bbrp/dfar/Abn)