Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) Mesir mengumumkan Kamis, bahwa pasukannya tidak akan mengambil bagian dalam mengamankan demo Jumat, dijuluki sebagai : "Revolusi Kemarahan Kedua".
Aktivis dan gerakan politik yang disebut aksi protes Jumat, menuntut pengadilan segera pengadilan mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak, serta menuntut keterlibatan warga sipil dalam proses politik di negara itu, termasuk pengambilan keputusan selama periode transisi.
Namun, Ikhwanul Muslimin dan kelompok Salafi, mengumumkan mereka akan memboikot aksi protes. Mereka mengatakan gerakan protes itu tidak ada keterkaitan dengan kepentingan rakyat, dan hanya bertujuan mengarahkan konflik antara angkatan bersenjata dengan rakyat, tandas mereka.
Dalam pernyataannya melalui jaringan Facebook, SCAF memperingatkan rakyat Mesir dari "kemungkinan bahwa unsur-unsur mencurigakan akan mencoba untuk melakukan tindakan yang dirancang untuk mengarahkan konflik antara rakyat Mesir dengan angkatan bersenjata."
Sejak Maret, aksi protes di Tahrir Square telah dirusak oleh bentrokan. Kelompok revolusioner menyalahkan bentrokan tersebut sebagai tindakan unsur-unsur kontra-revolusi. Mereka mengatakan para preman setia kepada sisa-sisa Partai Demokrat Nasional (NDP) yang sudah dibubarkan, yang alat memerintah negara selama era Mubarak, adalah unsur-unsur yang menciptakan kekacauan.
Dalam pernyataan tersebut, SCAF juga mencatat bahwa angkatan bersenjata tidak akan hadir di daerah protes untuk menghindari risiko dari setiap upaya untuk mendorong konflik antara angkatan bersenjata dan rakyat. Dikatakan peran angkatan bersenjata akan terbatas untuk mengamankan lokasi utama terhadap ancaman keamanan.
Ikhwanul Muslim mengumumkan pada hari Rabu bahwa mereka akan mengorganisir sejumlah demonstrasi menentang protes Jumat di Alexandria. Sementara itu, sejumlah kelompok Salafi mengatakan bahwa mereka yang melakukan aksi protes itu dianggap sebagai "kafir dan ateis". (mh/may)