Militer Libya Bergabung Dengan Rakyat

Sejumlah perwira militer bergabung dengan gerakan rakyat, yang mereka namakan revolusi "17 Februari", yang menginginkan diakhirinya kekuasaan Presiden Muammar Gadhafi yang sudah berkuasa selama 42 tahun.

Perkembangan baru sangat penting, di mana sejumlah perwira mulai meninggalkan Presiden Gadhafi dan bergabung dengan kekuatan rakyat. Ini akan semakin melemahkan kekuatan Gadhafi.

Menurut berita terakhir yang sampai malam ini, bahwa pemimpin Libya Muammar Gadhafi, dilaporkan telah kehilangan kontrol terhadap kota-kota penting yang kemudian dikuasai oleh kekuatan anti pemerintah, dan perlawanan rakyat terus berlanjut di tengah-tengah ancaman kekerasan dan pembantaian yang dilakukan rezim Gadhafi yang sangat brutal.

Kota-kota yang dibagian barat Tripoli telah jatuh kepada kelompok gerakan anti pemerintah, di mana sejumlah pejabat dan perwira militer di kota itu telah menyatakan bergabung dengan rakyat. "Kami mendukung secara total bagi gerakan anti pemerintah", ujar seorang perwira militer.

Di sebelah timur Tripoli lebih banyak lagi kota yang jatuh ke tangan kelompok penentang pemerintah, dan kota-kota itu telah berada di tangan kelompok penentang pemerintah. Wartawan Aljazeera melaporkan bahwa kota Tabruk, 140 km yang berada di perbatasan dengan Mesir, jatuh ke tangan para penentang pemerintah, dan tidak ada tentara yang mengontrol di wilayah itu.

"Dari apa yang saya lihat, saya katakan rakyat di timur wilayah timur Libya, mereka mengontrol sepenuh kota itu", ujar wartawan Aljazeera,Hoda Abdul Hamid. Tidak pejabat pemerintah yang berada di wilayah itu, dan semua orang bebas dapat masukk ke Libya.

"Sepanjang perbatasan, kami tidak melihat polisi. Kami tidak melihat tentara, rakyat bebas pergi, dan dari perbatasan Tabrouk ke Benghazi", ujar wartawan Aljazeera.

"Rakyat mengatakan kepada saya situasinya cukup tenang di Bayda dan Benghazi. Mereka mengatakan, karena milisi sedang istirahat di malam hari. Mereka (milisi) itu orang Afrika, dan mereka berbahasa Perancis, dan mereka berasal dari Chad", ujar Goda.

Mayor Jenderal Sulaeman Mahmoud, Panglima Militer di Tobruk, mengatakan kepada Aljazeera, tentara yang ia pimpin dan tetap loyal kepadanya. "Kami bersama dengan rakyat", ujar Sulaeman.

Benghazi kota kedua terbesar di Libya, yang menjadi tempat tumbuhnya pertama kali revolusi "17 Februari", yang menjadi pusat gerakan menentang kekuasaan Gadhafi. Gerakan anti Gadhafi dari Benghazi ini telah menyebar ke seluruh penjuru Libya, dan sekarang masuk ke Tripoli. Mereka berhadap-hadapan dengan kekuatan militer dan milisi yang setia dengan Gadhafi.

Pemerintah Libya melarang kantor berita dan media untuk memberitakan peristiwa yang terjadi di Tripoli. Setidaknya 300 orang tewas sepanjang hari Selasa dan Rabu. Menteri Luar Negeri Itali, Franco Fratini, mengatakan bahwa jumlah korban yang telah tewas angkanya mencapai 1000, dan lebih 8000 yang mengalami luka-luka, dan laporan itu sangat ‘credible’, ujarnya.

Selasa malam Gadhafi mendeklarasikan sikapnya melalui telivisi nasional, bahwa ia ingin mati sebagai ‘marty’ (syahid) di Libya, dan akan menghadapi para penentang pemerntah dari ‘rumah’ ke ‘rumah’ dan dari ‘inci’ ke ‘inci’, ucap Gadhafi.

Gadhafi memperingatkan kelompok Islamis yang mendorong terjadinya kerusuhan dan unjuk rasa menentang pemerintah, dan membangun gerakannya di Bayda dan Derna, dan mereka menggunakan kekuatan senjata, ujar Gadhafi.

Presiden Muammar Gadhafi menyerukan kepada pengikutnya yang loyal untuk kembali ke jalan-jalan menghadapi musuh negara. Inilah yang menyebabkan semakin kerasnya perlawanan yang dilakukan para pendukung Gadhafi.

Para diplomat Libya yang ada di luar negeri telah mengundurkan diri, menolak tindakan Gadhafi yang kejam dan melakukan horor terhadap rakyatnya. Para diplomat itu juga mendukung gerakan protes rakyat.

Selasa malam, Jenderal Abdul Fatah Younis, menteri dalam negeri, mengundurkan diri, dan mendukung revolusi "17 Februari". Ini merupakan pukulan yang paling berat bagi Gadhafi. Karena Abdul Fatah adalah teman dekatnya, yang ikut melakukan revolusi, menggulingkan Raja Idris, tahun 1969. Dengan dukungan para perwira militer Libya, maka gerakan yang menentang Gadhafi mendapatkan legitimasi.

Orang kepercayaan Saif al-Islam, yaitu Yousef Sawami, orang senior yang sudah lama bersama dengan anak tertua Gadhafi itu, mengundurkan diri dari jabatannya, dan "mengecam atas tindakan brutal" yang dilakukan pemerintah, ucapnya kepada Reuters.

Selain itu, Mustafa Abdel Jalil, Menteri Kehakiman, juga mengundurkan diri, sebagai bentuk protes atas kekejaman yang berlangsung secara brutal. "Kekerasan yang berlebihan", ujar Abdel Jalil. Ini sebuah tragedi yang sangat menyedihkan bagi rakyat Libya, tambah Jalil. (mh/aljz)