Militer Filipina Gelar Program Pendekatan terhadap Warga Muslim

Militer Filipina mulai menjalankan program kunjungan ke masjid-masjid dan madrasah bagi para pasukannya, untuk lebih meningkatkan pemahaman tentang warga Muslim dan persoalan-persoalan yang mereka hadapi.

Komandan unit militer di Manila, Mayor Jenderal Benjamin Dolorfino mengatakan, daripada melakukan pendekatan militer, program ini dilakukan sebagai alternatif untuk meningkatkan hubungan berbasis masyarakat.

"Pendekatan utamanya adalah dialog yang bertujuan untuk mengetahui persoalan-persoalan yang ada dan pada akhirnya menyatukan semua elemen untuk mencari solusi atas persoalan-persoalan itu, " ujar Mayjend Dolorfino yang juga seorang Muslim.

Saat ini ada sekitar 800 ribu Muslim di kota Manila. Sementara di Mindanao, tempat komunitas Muslim berada, jumlah penduduknya mencapai lima juta orang.

Meski demikian, tidak semua warga Muslim menerima program militer itu. Di antara mereka ada yang merasa curiga dengan program militer tersebut. Salah seorang pemuka Muslim di Manila, Nasruddin Amerol menyatakan, ia curiga bukan karena menentang kedatangan tentara ke desa-desa.

"Sepanjang kami diberitahu apa tujuan sebenarnya dari keberadaan mereka, kami menyambut mereka dengan tangan terbuka, " ujar Amerol.

Kecurigaan Amerol cukup beralasan. Karena baru-baru ini pihak militer Filipina menuai kritik tajam, setelah mengerahkan pasukannya ke kawasan-kawasan kumuh. Ada laporan yang menyebutkan bahwa pasukan tersebut melakukan kampanye terselubung agar masyarakat tidak memberikan dukungan pada para aktivis sayap kiri dalam pemilu legislatif bulan Mei mendatang.

Organisasi hak asasi manusia setempat menyatakan, mereka punya bukti atas tindakan pasukan militer yang telah melanggar hak untuk berkumpul dan berekspresi.

Lebih lanjut Amerol mengatakan, dia tidak bisa menyalahkan warga Muslim yang merasa khawatir dengan kedatangan tentara-tentara itu, karena pengalaman mereka di masa lalu di Mindanao.

"Mereka akan diterima di sini sepanjang mereka menghormati budaya dan agama kami. Kami tidak mengizinkan mereka masuk ke dalam masjid-masjid kami, kecuali ada Muslim di antara mereka, " tukas Amerol.(ln/iol)