Militer Australia Dituntut Akomodasi Calon Tentara Muslimah

Young Australian Muslim Women sebuah lembaga dan wadah organisasi Muslimah di Australia memprotes kebijakan pemerintah yang masih melarang perempuan Muslim yang memakai jilbab untuk bergabung dengan militer.

Jamal Rifi, tokoh yang gencar berkampanye anti-Islamofobia tak hanya mendesak kepada pihak militer untuk tidak diskriminasi, tapi ia juga mendorong kaum muda Muslimah untuk mencoba dan tidak menarik diri karena berbagai diskriminasi.

“Mereka berpikir tidak ada tempat dan kesempatan di dalam militer bagi Muslimah yang ingin bergabung. Mungkin karena halangan budaya, fisik dan kekerasan di dalam dunia militer. Coba saja dulu, ini semua sebenarnya tentang seberapa keras usaha kita untuk meruntuhkan Islamofobia dan diskriminasi yang ada, ” ujar Rifi.

Jamal Rifi juga meminta kepada media untuk mengubah sudut pandang mereka, terutama pada komunitas Islam. Kaum Muslimin tidak boleh terus menerus diadili oleh media dan dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan terorisme dan kekerasan.

“Jilbab adalah salah satu citra perempuan Muslimah. Dan hal itu tidak perlu diubah, yang perlu dilakukan adalah, komunitas Muslim harus berpartisipasi pada banyak lini kehidupan sosial di Australia, ” tekan Jamal Rifi.

Hari ini, jumlah penduduk Muslim di Australia mencapai 1, 5% dari total populasi di Australia atau sekitar lebih dari 20 juta penduduk yang beragama Islam. Sentimen anti Muslim, hingga kini masih terasa kuat di negara Kangguru ini, terutama pasca kerusuhan rasial yang terjadi pada bulan Desember 2005 silam. Dan untuk mengakhiri Islam-Phobia ini, para pemimpin Islam meminta kaum Muslimin di Australia meningkatkan kontribusinya di masyarakat dan membuktikan bahwa umat Islam adalah masyarakat yang beradab dan anti kekerasan. (na/str/kynews)