Militer AS Serang Kelompok Jihad Shabab di Somalia

navyPasukan militer Amerika melancarkan operasi militer di Somalia pada hari Senin terhadap jaringan mujahidin Al Qaeda, Ash Shabab, kata para pejabat pertahanan AS.

Laksamana John F. Kirby, sekretaris Humas  Pentagon, mengatakan bahwa para pejabat militer masih “menilai hasil operasi, dan akan memberikan informasi tambahan .”

Laksamana Kirby menolak untuk menjelaskan lebih  detail tentang operasi militer AS tersebut , setelah pertama kali dilaporkan oleh CNN.

Seorang pejabat senior Amerika, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitivitas operasi, mengatakan operasi tersebut  telah dilakukan bersama dengan  mitra AS di Somalia melawan “kelompok jihad  Shabab .”

Pentagon dan Departemen Luar Negeri telah mendukung kekuatan aliansi  Africa untuk mendorong posisi Mujahidin Shabab dari kubu mereka di Mogadishu dan pusat-pusat perkotaan lainnya, dan terus memerangi para Mujahidin di gunung dan gurun sekitarnya.

Amerika Serikat kini memiliki total sekitar 100 pasukan Operasi Khusus yang beroperasi di berbagai negara, baik dalam peran penasehat ataupun  peran operasional. Kebanyakan dari mereka merupakan anggota dari Navy SEAL.

Para pejabat tidak mengatakan di mana operasi pada hari Senin terjadi atau bagaimana itu dilakukan. Tapi Oktober lalu, Angkatan Laut SEAL turun di kota pelabuhan Baraawe, yang merupakan kubu Shabab.

Target mereka adalah mujahidin yang bernama  Ikrimah asal Kenya , yang merupakan salah satu perencana strategis kelompok jihad  Shabab , kata para pejabat.

Tapi bukannya mendapatkan target mereka , SEAL menemukan perlawanan  ketika mereka mendekati sebuah villa. Mereka akhirnya mundur dengan menyisakan  korban dari pendukung Shabab.

Serangan itu terjadi kurang dari dua minggu setelah milisi Shabab menewaskan  lebih dari 60 orang di sebuah pusat perbelanjaan di Nairobi, Kenya. Meskipun Ikrimah belum terkait langsung dengan serangan Nairobi, kekhawatiran akan serangan serupa terhadap sasaran-sasaran kepentingan Barat memecah kebuntuan di antara para pejabat di Washington . (JL/KH)