MI5: Tiga Wilayah di Inggris Jadi Basis Utama Kelompok Ektrimis

Badan intelejen Inggris MI5 mengklaim ada tiga kantong utama di wilayah Inggris yang menjadi pusat aktivitas ribuan ekstrimis Eropa, yang kebanyakan berasal dari keturunan Asia.

Laporan surat kabar Telegraph edisi Minggu (9/10) yang mengutip laporan katagori rahasia menyebutkan, mayoritas orang-orang yang disebut ekstrimis oleh MI5 adalah warga negara Inggris asal Asia Selatan terutama dari negara Pakistan. Selebihnya berasal dari Afrika Timur dan Utara, dari Irak dan sejumlah negara di Timur Tengah serta beberapa orang yang baru masuk Islam.

"Kebanyakan dari para ektrimis itu adalah laki-laki antara usia 18-30 tahun. Mereka terkonsentrasi di London, Birmingham dan Luton, sebelah tenggara Inggris," demikian laporan International Terrorism yang diberi tanda bertuliskan "restricted".

Menurut laporan tersebut, para ekstrimis itu aktif melakukan pelatihan, penggalangan dana dan upaya mendapatkan persenjataan untuk melakukan perlawanan di Pakistan, Afghanistan dan Irak lewat aksi-aksi serangan.

Saat ini ada sekitar dua juta Muslim yang tinggal di Inggris. Satu juta Muslim menetap di London, 150.000 di Birmingham dan sekitar 27.000 di Luton. Dan sekarang dipekirakan ada 10.000 Muslim asal Afrika asal Karibia termasuk warga kulit putih yang menjadi mualaf.

Tahun 2007 lalu, Kepala MI5 Jonathan Evans pernah mengatakan bahwa sedikitnya 2.000 orang di Inggris membahayakan keamanan dalam negeri karena mereka dianggap mendukung terorisme. Bulan April kemarin, Menteri Dalam Negeri Jacqui Smith mengatakan bahwa Inggris menghadapi ancaman terorisme yang makin "parah" dan "meningkat".

Laporan Intenational Terrorism menegaskan bahwa Inggris akan tetap menempatkan al-Qaidah sebagai "target yang menjadi prioritas utama" di masa depan. Dalam laporan itu tertulis, "Banyak serangan-serangan yang pernah terjadi di Inggris Raya, dilakukan oleh kelompok ektrimis Inggris secara langsung berada dibawah pengaruh al-Qaidah atau terinspirasi oleh ideologi jihad al-Qaida."

Sayangnya, dalam laporan itu tidak disebutkan apa penyebab dari makin meningkatnya ancaman terorisme di Kerajan Inggris Raya. (ln/iol)