Komunitas Syiah Mesir tidak optimis terkait tentang kunjungan Presiden Muhammad Mursi ke Iran untuk menghadiri KTT Non-Blok pekan ini.
“Itu hanya kunjungan protokol untuk menyerahkan kepresidenan gerakan Non-Blok,” kata aktivis Syiah Muhammad Ghoneim. “Meski Mursi ke Iran, tidak berarti Syiah akan diizinkan untuk mempraktikkan agama mereka secara bebas di Mesir.”
Ghoneim juga mengatakan bahwa Syiah Mesir menolak doktrin Iran serta ada kendala bagi hubungan bilateral kedua negara di mana Iran telah mengklaim pulau yang dimiliki Uni Emirat, dan Mursi mendukung gerakan perlawanan di Palestina, yang mungkin memiliki dampak buruk pada keamanan perbatasan Mesir.
Ahmad Rasim al-Nafis, presiden partai Syiah Al-Tahrir, mengatakan sulit bagi Mesir-Iran untuk melanjutkan hubungan karena ada oposisi dari Arab Saudi, Amerika Serikat dan Israel. “Mursi seharusnya bertemu dengan Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran,” kata Nafis. “Dia adalah pengambil keputusan akhir.”
Sebagian besar penduduk Mesir adalah Sunni, dan para pemimpin agama Islam negara itu telah mengatakan bahwa mereka menolak untuk mengizinkan doktrin Syiah menyebar di Mesir. Pihak berwenang juga telah memberlakukan pembatasan terhadap pelaksanaan ritual sesat Syiah, dan telah menghentikan upacara Syiah pada beberapa kesempatan.
Iran memutuskan hubungan diplomatik dengan Mesir ketika mantan Presiden Anwar al-Sadat menandatangani Kesepakatan Camp David dengan Israel pada tahun 1979, dan menerima Syah yang digulingkan setelah Revolusi Iran di tahun yang sama.
Pada bagian lain, pidato Mursi di KTT gerakan non blok di Teheran Iran Kamis kemarin (30/8) menuai simpti dan pujian dari banyak kalangan. Dalam pidatonya, Mursi mengecam keras Suriah yang disebutnya rezim penindas rakyat sendiri, sehingga membuat delegasi Suriah melakukan aksi walk out.(fq/ei)