Orang-orang Yahudi di Iran menolak dipindahkan ke Israel meski ditawari uang dengan jumlah besar. Mereka menyatakan kesetiaan mereka sebagai bagian dari rakyat Iran.
Seorang Yahudi perantauan yang sangat kaya, lewat lembaga dana yang didirikannya, menawarkan insentif bagi orang-orang Yahudi di Iran berupa uang tunai yang besarnya antara 5 ribu pounsterling per orang sampai 30 ribu poundsterling per keluarga, jika mereka mau pindah ke Israel.
Penawaran itu atas restu dari para pejabat Israel dan merupakan dana tambahan dari paket yang biasa diberikan Israel bagi para Yahudi diaspora yang bersedia beremigrasi ke Israel.
Saat ini, jumlah komunitas Yahudi di Iran mencapai 25 ribu orang, dan mereka termasuk komunitas yang cukup kuat. "Identitas Yahudi Iran tidak diperdagangkan demi sejumlah uang, " demikian bunyi pernyataan resmi komunitas Yahudi Iran.
Mereka juga menyatakan, "Yahudi Iran adalah bagian dari masyarakat Iran yang tertua. Yahudi Iran mencintai kebudayaan dan identitas ke-Iran-an mereka. Oleh sebab itu, mereka yang mengeluarkan ancaman-ancaman dan bujukan-bujukan politik, tidak akan berhasil mencapai tujuan mereka untuk menghapus identitas Yahudi Iran."
Surat kabar terbitan Israel, Ma’ariv melaporkan, jumlah insentif sebenarnya sudah dinaikkan dua kali lipat, karena tawaran pertama sebesar 2. 500 poundsterling gagal untuk membujuk para Yahudi Iran agar mau pindah ke Israel. Setelah jumlahnya dinaikkan dua kali lipat, kaum Yahudi di Iran tetap menolak pindah ke Israel.
Tokoh Yahudi Iran, Morris Motamed mengatakan tawaran insentif itu merupakan pelecehan dan menjadi ujian bagi orang-orang Yahudi atas kesetiaan mereka pada Iran.
"Tawaran itu seolah-olah Yahudi Iran bisa dipaksa dengan sejumlah uang. Yahudi Iran selama ini selalu bebas untuk beremigrasi dan 3/4 dari mereka beremigrasi pasca revolusi Islam, tapi 70 persen dari mereka pergi ke Amerika, bukan ke Israel, " kata Motamed.
Populasi Yahudi Iran menurun sekitar 80 ribu orang pada saat pecah revolusi Iran tahun 1979, namun jumlahnya di Iran masih tetap yang terbesar dibandingkan di negara-negara Timur Tengah lainnya. Kaum Yahudi sudah hidup di Iran sejak 700 tahun sebelum Masehi.
Persoalan yang kerap terjadi antara pemerintah Iran dan kaum Yahudi Iran, adalah masalah ketidakpercayaan dan pengawasan oleh pemerintah Iran. Pada tahun 2000, sepuluh orang Yahudi di selatan kota Shiraz ditahan karena menjadi mata-mata untuk Israel.
Seorang pengusaha Yahudi bernama Ruhollah Kadkhodah-Zadeh, dihukum gantung pada tahun 1998 dengan tuduhan telah membantu orang-orang Yahudi beremigrasi.
Secara umum, kaum Yahudi di Iran berusaha menghindari kontroversi. Tahun 2006 lalu, Motamed menulis surat protes pada Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad karena telah menyebut holocaust sebagai sebuah "mitos."
Meski demikian, di Iran, kaum Yahudi bebas melakukan ibadah agamanya dan boleh mengelola sekolahnya sendiri. Dan meski Iran-Israel tidak punya hubungan diplomatik, kaum Yahudi Iran bisa kapan saja pergi ke Israel untuk berkunjung ke kerabat mereka. (ln/guardian)