Mesir menutup kembali perbatasan Rafah dan melarang bantuan kemanusiaan, tim bantuan medis dan wartawan masuk ke Jalur Gaza melalui perbatasan itu.
Otoritas perbatasan Mesir mengatakan, yang boleh melintasi perbatasan hanya orang-orang asing yang ingin keluar dari Gaza atau warga Palestina yang menjalani perawatan di Mesir dan ingin kembali ke rumahnya di Gaza.
"Perbatasan ditutup pagi ini. Tidak ada bantuan kemanusiaan, media maupun tim relawan atau bantuan medis yang boleh melintasi perbatasan," kata seorang petugas perbatasan Rafah.
Mesir baru membuka perbatasan untuk bantuan kemanusiaan, bantuan medis dan untuk para wartawan setelah mendapat tekanan dari dunia internasional. Mesir menolak untuk membuka perbatasan secara permanen tanpa kehadiran tim monitoring dari Uni Eropa atau perwakilan dari pemerintahan Mahmud Abbas.
Ikhwanul Muslimin Mesir mengecam kebijakan pemerintahan Husni Mubarak di Mesir yang menutup kembali perbatasan Rafah, satu-satunya perbatasan dengan Gaza yang tidak melibatkan Israel dalam pengelolaannya. Anggota parlemen Mesir dari Ikhwanul Muslimin, Farid Ismail menyatakan, kebijakan Mubarak tidak lebih untuk menekan Hamas seperti yang dilakukan negara Barat yang menjadi sekutu-sekutu Israel.
Israel Pukuli Awak Kapal Libanon
Sementara itu, Israel akhirnya membebaskan 18 orang awak kapal yang membawa bantuan kemanusiaan dari Lebanon ke Gaza. Israel menawan awak kapal tersebut dan melarang mereka masuk ke perairan Gaza.
Reporter Al-Jazeera yang berada di dalam kapal tersebut, Salam Khoder mengatakan, tentara-tentara Zionis bukan hanya menembaki kapal mereka tapi juga memukuli awak kapal sebelum membawa mereka ke kantor polisi untuk diinterogasi.
"Sekitar jam 11 malam kemarin malam (Kamis) … kapal Israel menghadang kapal kami, melepaskan tembakan dan lebih dari 30 tentara Zionis itu naik ke atas kapal dan memukuli para awak kapal," kata Khoder.
"Tentara-tentara itu menutup mata kami, mengikat tangan kami dan membuat kami dalam kondisi yang tidak nyaman selama satu jam. Tentara-tentara itu juga melarang kami bicara satu sama lain dengan bahasa Arab," sambung Khoder.
Kapal Al-Ikhwa berangkat dari Lebanon dengan membawa bantuan medis, makanan, buku-buku dan mainan untuk warga Gaza. Menurut Khoder, dua awak kapal Al-Ikhwa yang ditangkap Israel belum diketahui nasibnya.
Perdana Menteri Libanon, Fuad Siniora mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan tentara Zionis Israel terhadap awak kapal Al-Ikhwa dan menegaskan bahwa kapal tersebut hanya membawa bantuan kemanusiaan.
"Bukan hal yang mengejutkan jika Israel melakukan tindakan kekerasan itu. Israel sudah biasa mengabaikan semua resolusi internasional," kata Siniora dari Beirut.
Kordinator bantuan dari organisasi End the Blockade of Gaza, Maan Bashour menyatakan bahwa Al-Ikhwa sudah melewati pemeriksaan di pelabuhan Cyprus dan Lebanon. "Kami sudah sangat terbuka pada pihak Libanon dan Cyprus untuk memeriksa isi kapal itu, dan tidak ada alasan bagi Israel untuk melarang kapal kami masuk ke Gaza," tukas Bashour. (ln/aljz/aby)