Surat kabar Al-Quds Al-Arabi yang terbit di London, Inggris memuat informasi tentang peran Mesir dalam serangan Israel ke Jalur Gaza.
Ibarat seorang pengkhianat, Mesir, salah satu negara yang telah berdamai dengan Zionis Israel menikam Hamas dari belakang.
Surat kabar itu mengutip sumber-sumber dari kalangan diplomat yang mengatakan bahwa Mesir telah berkolaborasi dengan Israel dan dengan sengaja menyesatkan Hamas.
Menurut sumber-sumber tersebut, Kepala Intelejen Mesir Omar Suleiman yang selama ini terlihat aktif menjadi mediator "perdamaian" antara Israel dan Hamas, telah menipu Hamas dengan cara meyakinkan Hamas bahwa Israel tidak akan melakukan agresi ke Jalur Gaza dalam waktu dekat.
Tapi ternyata, Israel melakukan agresi itu dengan tiba-tiba sehingga Hamas tidak sempat melakukan evakuasi di komplek-komplek keamanan dan markas-markas besarnya serta menyelamatkan sebagian besar warga Gaza.
Suleiman juga meyakinkan para pimpinan negara Arab bahwa Israel hanya akan melakukan operasi militer terbatas ke Gaza untuk menekan Hamas agar mau meneken kesepakatan gencatan senjata. Harian itu juga mengutip infomrasi dari mantan Menlu Palestina yang juga pejabat Hamas, Mahmoud Al-Zahar yang mengatakan bahwa satu hari sebelum Israel menggelar agresinya, tepatnya hari Jumat (26/12) malam, Mesir masih mengatakan pada Hamas bahwa Israel siap memulai pembicaraan baru gencatan senjata dan tidak akan menyerang Gaza.
Bujukan Mesir membuat Hamas tidak melakukan evakuasi seperti prosedur yang biasa dilakukan Hamas jika menghadapi ancaman-ancaman Israel.
Sebagai negara tetangga terdekat dengan Palestina, Mesir memang lebih menuruti dan berpihak pada kepentingan Israel ketimbang membantu rakyat Palestina terutama di Jalur Gaza. Mesir misalnya, mematuhi permintaan Israel agar tetap menutup perbatasan Rafah, perbatasan Gaza-Mesir yang menjadi satu-satunya harapan bagi warga Gaza agar bisa berkomunikasi dengan dunia luar. Kali ini, Mesir juga menyalahkan Hamas atas serangan Israel ke Gaza. Negeri Piramida itu benar-benar sudah menjadi antek-antek Israel dan sekutunya.
Aksi Unjuk Rasa
Sementara itu, rakyat sejumlah negara Timur Tengah menggelar aksi unjuk rasa mengecam agresi Israel ke Jalur Gaza. Di kota Ramallah, Tepi Barat, seorang pengunjuk rasa gugur dan sedikitnya dua demonstran cedera akibat tembakan tentara Israel.
Di Yaman, puluhan ribu massa berkumpul di sebuah stadion di kota Sanaa, ibukota negeri itu. Para pengunjuk rasa meneriakan kalimat-kalimat anti-Israel dan mengkritik para pemimpin Arab yang gagal membela rakyat Palestina.
"Berapa lama lagi sikap diam mereka akan berakhir? Pemimpin-pemimpin Arab bangkitlah!" teriak mereka.
Di Libanon, ratusan warga Libanon dan pengungsi Palestina melakukan aksi duduk di dekat kantor PBB di Beirut Tengah. Para pengunjuk rasa membentangkan spanduk-spanduk dengan tulisan-tulisan berupa desakan pada PBB agar segera menghentikan kebiadaban Israel.
Aksi protes itu diorganisir oleh kelompok Muslim Gamaa bersama anggota Hamas di Libanon dan organisasi-organisasi lainnya di negeri itu. Saat ini ada lebih dari 400.000 pengungsi Palestina yang tinggal di 12 kamp pengungsi yang tersebar di Libanon.
Sementara itu gerakan Hizbullah yang memenangkan perang 33 hari dengan Israel tahun 2006 lalu menyebut serangan Israel ke Jalur Gaza sebagai kejahatan perang dan genosida. Hizbullah mendesak komunitas dan institusi internasional segera mengambil tindakan terhadap Zionis Israel.
Dalam pernyataannya Hizbullah menyerukan negara-negara Arab untuk menentukan tindakan tegas dan mengerahkan upayanya untuk melawan tindakan barbar Israel yang dilindungi oleh AS.
Menlu-menlu negara Arab gagal menggelar rapat darurat hari Minggu dan malah menunda pembahasan masalah Gaza sampai hari Rabu lusa. Sekjen Liga Arab Amr Moussa mengatakan, penundaan dilakukan karena banyak menlu-menlu Arab yang sibuk menghadiri pertemuan dua organisasi regional Arab yaitu Dewan Kerjasama Negara Teluk dan Maghreb Union.
"Tapi kami tidak akan tinggal diam dan konsultasi terus dilakukan," kata Moussa.
Sebuah alasan yang membuat miris. Sementara hampir 300 Muslim Palestina di Gaza dibantai, pejabat-pejabat Arab menganggap rapat untuk membahas Gaza tidak penting dan lebih mementingkan rapat-rapat lainnya.
Aksi protes terhadap kebiadaan Israel di Jalur Gaza juga berlangsung di Irak. Puluhan pengungsi Palestina di Irak berkumpul di kota Baladiyad, sebelah timur Baghdad. Mereka meneriakkan slogan-slogan anti-Israel dan mengusung pesan-pesan berisi dukungan pada warga Gaza.
Duta Besar Palestina untuk Irak, Dalil al-Qasoos juga menyampaikan pesannya. "Saya ingin mengatakan pada saudara-saudara saya dan rakyat saya di Gaza bahwa Gaza akan tetap kuat apapun konspirasi dan rencana jahat yang dirancang para tirani dan musuh-musuh yang arogan, Amerika dan para Zionis," tukas al-Qasoos.
Sementara itu, Israel memanggil sekitar 6.700 tentara cadangannya untuk memperkuat pasukan Zionis dalam agresinya ke Jalur Gaza. (ln/berbagai sumber)