Mesir menyampaikan protes atas film yang berjudul "Pembunuhan Seorang Firaun" besutan sutradara film Iran, yang menceritakan tentang peristiwa pembunuhan mantan presiden Mesir Anwar Sadat oleh Khalid Islambouli, seorang tokoh militan.
Kantor Berita Mesir MENA melaporkan, Kairo telah memanggil seorang diplomat senior Iran terkait film tersebut. Mesir menilai film itu bisa menyinggung perasaan masyarakat Mesir karena dalam film itu diceritakan bahwa Anwar Sadat dibunuh karena bersedia menandatangani Perjanjian Camp David yang menyeret Negeri Piramida itu melakukan pemulihan hubungan dengan Israel leway kesepakatan perdamaian tahun 1979.
Menurut surat kabar Mesir Al-Masry al-Youm, film dokumenter yang diberi judul "Pembunuhan Seorang Firaun" itu sudah ditayangkan di televisi Iran dalam rangka "penghormatan terhadap para martir kebangkitan Islam" dan salah satu tokoh yang dianggap sebagai martir adalah Khalid Islambouli, tokoh pejuang Islam yang menembak Anwar Sadat dalam sebuah parade militer di Kairo pada tanggal 6 Oktober 1981. Islambouli sendiri dihukum gantung pada tahun 1982. Oleh Iran, namanya justru diabadikan sebagai salah satu nama jalan di Teheran.
Al-Masry al-Youm, terkait insiden pembunuhan itu mengutip pernyataan mantan kelompok pejuang Gamaa Islamiya- kelompok yang dituduh berada di balik pembunuhan Sadat-yang mengatakan bahwa "Sadat adalah lelaki yang hebat tapi Khalid Islambouli berpikir, membunuh Sadat adalah tindakan yang benar karena berdamai dengan rezim Zionis.
Bukan hanya, pemerintah Mesir yang merasa terganggu dengan film tersebut, keluarga Anwar Sadat bahkan mengancam akan menggugat secara hukum produser film yang menggambarkan pembunuhan Anwar Sadat sebagai pembunuhan seorang martir terhadap seorang pengkhianat.
"Para produsernya selayaknya meminta izin dari keluarga sebelum membuat film itu. Film ini adalah upaya untuk menjelek-jelekkan citra Anwar Sadat dan untuk memanipulasi sejarah, " kata puteri Anwar Sadat yang bernama Ruqaya.
Hubungan diplomatik antara Iran dan Mesir memburuk sejak tahun 1980, setahun setelah pecahnya revolusi Islam di Iran. Iran mengecam Mesir yang mau mengakui Israel, memberikan tempat perlindungan pada Shah Iran dan mendukung Irak dalam perang Iran-Irak tahun 1980-1988.
Pada Januari lalu, Iran menyatakan akan menjajaki pemulihan hubungan dengan Mesir. Di sisi lain, para pejabat pemerintah Mesir bersikap waspada atas keinginan Iran itu. Kairo meminta Iran untuk mengubah nama jalan yang menggunakan nama pembunuh Anwar Sadat. (ln/al-arby)