Sambungan dari tulisan tentang keunikan di Mesir
Pembayaran ongkos di bus
Bagi teman-teman mahasiswa yang sudah pernah tinggal di Mesir mungkin merasa biasa dengan tradisi unik yang satu ini. Sebuah tradisi yang jarang sekali ditemukan di negara selain Mesir. Kebiasaan yang merupakan suatu bentuk realisasi dari prinsip amanah dalam kehidupan bermasyarakat. Biasanya bus-bus angkutan umum di Mesir mempunyai dua pintu. ‘Pintu depan’ yang sejajar dengan tempat duduk sopir dan ‘pintu belakang’ yang berdekatan dengan tempat duduk kondektur.
Para penumpang biasanya naik dari pintu belakang dan langsung membayar ongkos kepada kondektur. Kondektur bus di Mesir punya kursi tempat duduk khusus. Mereka tidak berkeliling menarik ongkos kepada penumpang, seperti di Indonesia. Tetapi cukup duduk di kursinya dan penumpang akan menghampiri untuk membayar.
Ketika pertama kali datang ke Mesir, penulis bersama beberapa kawan naik sebuah bus yang menuju kampus Al-Azhar. Waktu itu penulis naik dari pintu depan yang lagi penuh sesak dengan penumpang. Dalam keadaan seperti itu, tentu sangat sulit mendekati kondektur untuk membayar ongkos, karena posisinya yang ada di belakang, sekitar lima meter dari tempat saya berdiri.
Namun teman saya yang sudah berpengalaman, tidak perlu capek-capek mendekati kondektur, apalagi tempatnya yang sesak. Ia cukup memberikan ongkos kepada orang Mesir yang ada di sampingnya. Kemudian secara estafet, orang itu akan memberikan ongkos tersebut kepada orang yang di sampingnya lagi. Begitu seterusnya sampai ongkos pembayaran tersebut sampai kepada kondektur.
Tidak hanya sampai di situ. Karcis tanda pembayaran akan dikirimkan kembali oleh kondektur dengan cara estafet seperti tadi, hingga sampai kepada teman saya tersebut. Bahkan, kalau uang yang kita pakai ngongkos lebih besar, karena tidak ada uang pas, kembaliannya akan balik kepada kita lagi dengan pas dan selamat. Itulah tradisi yang kelihatan spele namun sebenarnya merupakan sebuah realisasi dari sifat amanah yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat. Buktinya, tradisi ini mungkin akan sulit kalau kita terapkan di Indonesia.
Sebab, seperti kata sebuah lelucon, "Kalau orang Cina tidak merasa malu berlaku korup di atas meja. Orang Hongkong agak malu sedikit, karena korupsinya di bawah meja. Tapi kalau orang Indonesia, sekalian dengan mejanya di korupsi."
Itu memang sebuah lelucon. Tetapi lelucon yang lahir di bangsa kita. Lelucon yang menggambarkan sebuah tradisi korupsi yang telah mendarah daging di Negeri kita. Maka marilah kita belajar dari orang Mesir untuk saling mempercayai dan dapat dipercayai. Mereka saling mempercayai dalam memberi dan menyalurkan bantuan, walau sekedar dengan tenaga untuk menyalurkan ongkos. Semua merasa senang saling membantu.
Mereka tidak merasa bosan dengan hal itu, karena tujuannya adalah untuk mendapat Ridha Allah Swt. Ada banyak lagi tradisi unik di Mesir yang dapat kita jadikan pelajaran. Bahkan keunikan lain dalam bus juga masih banyak yang unik dan perlu diketahui. Insyaallah akan kita kupas pada edisi-edisi selanjutnya. Bersambung….